Bab 97 :
Cerita Sekitar Agama dan Doa, Bagian Dua,- habis

Barangkali kalau hanya berdoa saja, tetapi tidak melakukan ibadah lainnya, mungkin doanya tidak akan manjur. Maunya hanya berdoa, tetapi ritual yang lainnya tidak melakukannya, tidak sembahyang, tidak shalat, dan tidak yang lainnya yang diperintahkan agama. Dan itu adalah aku orangnya! Tetapi begitulah yang kulakukan, dan siapa tahu, bagian ini termasuk dosa juga. Kalau demikian halnya, juga aku harus menerimanya. Aku pasrah saja.

Yang mengherankan dalam cerita ini, aku banyak mendoakan orang-orang yang samasekali tidak ada hubungannya denganku. Dia tak kenal akan daku, dan tak mungkin terjangkau karena jauhnya, karena perbedaan sosial, karena macam-macam soal. Tetapi adalah benar aku mendoakan orang itu dengan hati yang tulus agar dia, agar mereka selamat, sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan. Siapa orang-orang yang kudoakan itu? Dengan khusuk secara sacral menurutku. Anda tidak akan menyangka mungkin. Dialah Corry Aquino, Bunda Theresa, dan Yasser Arafat. Orang-orang ini ketika itu sangat goncang kedudukannya. Seperti Corry Aquino ketika itu sudah enam kali mau dibunuh, mau digulingkan. Padahal menurutku berikanlah kesempatan padanya membawa rakyat Filipina ke arah demokrasi yang selama ini ditindas, disiksa rezim diktator Marcos.

Lalu Yasser Arafat. Satu-satunya kepala negara atau pimpinan bangsa dan rakyat, yang sudah lebih 50 kali mengalami percobaan pembunuhan. Bahkan pernah jatuh dari pesawatterbang, beberapa pengawalnya mati, tetapi dia sampai kini masih cukup sehat buat memimpin negara dan rakyatnya. Kupikir akan sangat sulit dan akan mulai dari nol lagi kalau seandainya Yasser Arafat mati, dan rakyat Palestina akan sangat lebih menderita. Tokoh pemersatu rakyat Palestina memang adalah Yasser "Abu" Arafat ini.

Lalu bunda Theresa ketika krisis sakitnya, sangat menyedihkan dan sangat memprihatinkan. Padahal beliau pernah dianggap setengah manusia suci. Pengabdiannya buat kemanusiaan, terutama bagi penduduk miskin, hina, tak punya apa-apa, kelaparan, kedinginan, sangat mengagumkan peri kemanusiaan sedunia. Ordo yang hasil karyanya menyebar ke bagian dunia lainnya. Dan beliau bagaikan malaikat, mengulurkan tangannya, menggamit dengan rasa cinta yang dalam buat orang-orang miskin, yang penuh barutan-luka, busuk, membau, kotor, dan sudah tak layak manusia lagi. Tetapi beliau melakukannya dengan hati yang tulus. Orang yang mau mati, hampir mati, menerima uluran tangan beliau menjadi tenang matinya, aman, tenteram. Dan tak sedikit yang malah ada yang sembuh, dapat memperpanjang hidupnya beberapa lama. Perbuatan mereka ini sangat menggugah hatiku, sehingga dari hati yang tulus aku mendoakannya agar mereka selamat, dapat melanjutkan pekerjaannya demi buat rakyat setempat di mana mereka berada.

Aku tidak tahu, apakah doaku itu diterima Tuhan atau tidak. Tetapi aku melakukannya demi Tuhan, dan aku yang penuh dosa ini, tetap berharap agar kemanusiaan di manapun adanya akan diperlakukan sebagai manusia yang layak dan sepantasnya.

Untuk banyak soal yang tak terpecahkan, membuatku sangat pusing, dan lalu aku membuat SURAT KEPADA TUHAN pada tanggal 19 Maret 1999. Beberapa teman yang membaca surat ini di internet ini, dengan jenaka mengatakan padaku : "Bagaimana sudah dibalas belum oleh Tuhan suratmu itu? Kalau Tuhan tidak membalasnya lalu kau saja yang harus datang kepadanya, bagaimana?". Tentulah maksud teman itu, kalau Tuhan lalu langsung saja memanggilku, tidak pakai balas surat segala macam, artinya matilah begitu. Untukku tidak soal.

Sebaliknya dari doa, ada sumpah. Ada sumpah serapah. Buat Suharto dan klik serta keluarganya, aku telah membuat puisi namanya Sumpah Serapah, juga sudah dimuat di internet ini pada tahun 1997. Sajak Sumpah itu berbentuk mantera yang bagaikan sumpah betulan yang dibuat seorang dukun. Begitu sajak itu dibaca banyak orang, beberapa temanku mengajukan pendapat dan kritiknya yang keras terhadapku. Dan aku dengan tenang mendengarkan dan memperhatikan pendapatnya. Sudah tentu bukan karena aku, bukan karena sajak Sumpah Serapah itu maka Suharto jatuh 10 bulan sesudah itu.

Dalam semua pekerjaan, pergaulan, persinggungan dalam masyarakat, kita pada suatu kali atau pada suatu peristiwa tentulah akan mengalami sekali atau beberapa kali kejadian yang tidak enak, yang rasanya masaksih sampai begitu, apa betul begitu? Tetapi nyatanya apa saja di dunia ini akan selalu mungkin, akan selalu bisa terjadi, yang tadinya kita seakan-akan mau mengatakan "tidak mungkin", tahu-tahu terjadi dan diluar kemampuan berpikir kita. Begitulah halnya dengan pengalaman diriku.

Dalam soal doa berdoa, ada satu hal yang dapat kusimpulkan. Pengalaman menyatakan, berdoa untuk orang lain, jauh lebih bagus, lebih efektif, dan lebih manjur daripada berdoa buat diri sendiri! Barangkali Tuhan tidak suka kepada orang yang egois dan individualis! Dulu begitulah aku, selalu saja berputar, berkisar dan berkutat pada doa diri sendiri. Dan sampai kinipun tetap saja masih ada, tetapi "untung" saja ada imbalannya, ada balans-nya, agar juga banyak mendoakan orang lain dan pihak lain. Ini dapat dilihat pada isi suratku yang Kepada Tuhan itu.

Suatu waktu aku bertemu dan berteman dengan seorang wanita yang sudah beberapa tahun ingin punya anak, tetapi sampai ketika itu belum punya anak. Lalu timbul dihati ini, bagaimana kalau kudoakan agar dia bisa punya anak. Kumohonkan kepada Tuhan dengan segala harapan terdalam, agar dia diberi karunia dan kebahagiaan agar punya anak yang sangat diidam-idamkannya itu. Kutanyakan mau tidak kudoakan secaraku sendiri? Dan dia menjawab, tentu mau dan sangat berterimakasih. Dan kutanyakan lagi yang sangat pribadi, dan sukurlah dia mau menjawabnya. Bahwa mereka melakukan "tugas suami isteri" itu biasanya pada hari itu dan kira-kira jam begitu.

Okey, aku dengan khusuk dan dengan penyerahan penuh kepada Tuhan, mendoakan "si Inem" agar dia bisa punya anak, agar Tuhan memberikan rahmatNYA kepada "si Inem". Setiap hari itu dan jam sebegitu, aku terus berdoa tidak hanya satu dua kali. Sudah tentu, dan akupun tidak merasa karena aku,dan bukan pula karena doaku, maka "si Inem"pun setahun kemudian melahirkan bayi laki-laki yang sangat sehat, bagus dan gagah. Kembali aku berdoa dan bersukur dan sangat berterimakasih kepada Tuhan, "melaporkan" bahwa "Inem" sudah dengan bahagia memomong bayi idamannya.

Tahukah Anda? Aku sendiri tak tahu kenapa sebabnya, apa salah dan dosaku, ketika aku bertemu Inem kemudian, aku samasekali tidak diperdulikannya, tidak ditegurnya dan teguranku tidak digubrisnya. Sampai kini aku tak tahu apa kesalahan dan dosaku kepadanya maka aku tiba-tiba saja dibencinya. Yang begini ini, tidak hanya sekali dua kualami. Ada teman dan juga keluarga yang sangat baik, berbaik hati ketika berada di luarnegeri, ketika di Perancis. Dan kami menyambutnya dengan hangat, mengajak menginap di rumah, menemaninya ke mana saja, selalu berusaha menyenangkan teman dan orang itu.

Tetapi begitu kami ke Jakarta, orang itu, teman itu, keluarga itu, seolah-olah tak kenal dan tak pernah kenal kepada kita. Selalu menghindar dan menjauhi kami. Apakah mungkin dia atau mereka takut atau masih cemas? Kurasa tidak, karena ketika itu sudah lama "reformasinya", tak ada hubungan dengan takut ini itu. Hal ini menjadi lagi-lagi pelajaran dalam kehidupan. Segala apa saja mungkin, bisa terjadi. Misalnya kita yang dulu berbaik hati, berusaha berbaik dan menyenangkan dan memuaskannya, jangan sampai menganggap dirikita juga tentulah akan disenangkannya, akan dibuatnya seperti kita membuat mereka dulu itu. Kalau begini harapanmu, artinya kau berbuat baik bukanlah sepenuh hati, karena ada maunya. Karena ada udang dibalik batunya! Kalau mau berbuat baik, ya karena memang mau berbuat baik, titik! Janganlah ada terselip sedikitpun rasa ingin dibalas, ingin diperhatikan dan diberi. Inilah yang kusebutkan, selalu saja dirikita akan menemui yang tidak enak, tidak tersangka kok bisa begitu. Ya, bisa, bisa begitu dan semua mungkin yang diluar kemampuan kita berpikir

Jadi berbuat baik, berdoa, berharap, bisa saja datang hasil sebaliknya dari apa yang kaupikirkan. Tetapi hal begini ini betul-betul sangat sedikit, sangat jarang. Kecenderungan umum adalah selalu baik dan terang, jelas jemelas, bahkan bisa jernih bening,-

Paris 17 Mei 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.