Bab 95 :
Catatan Seorang Pensiunan,- Bagian Enam,-

Ketika aku berada di Holland, banyak mendapat pertanyaan bagaimana rasanya menjalani usia-pensiun dihari tua itu. Bagaimana pengalamannya terutama mengatur kehidupan ketika sudah tidak bekerja lagi. Tentu yang dimaksud tidak bekerja sebagai salairie, yang mendapat gaji teratur. Dulu selalu punya pemasukan keuangan secara tetap, kini jauh berkurang dan bagaimana mengatur waktu sehari-hari.

Adanya pertanyaan begini, aku memahami sepenuhnya. Umumnya yang bertanya demikian, adalah teman-teman yang setahun dua tahun lagi akan menempuh kehidupan baru itu. Ada juga yang masih beberapa tahun lagi, tetapi selalu menyimpan kecemasan, kekuatiran. Tampaknya rasa cemas, kuatir, membalut dan menghinggapi dirinya. Sebab kalau sudah pensiun, itu artinya dirikita sendirilah yang mengatur semua tata-cara kehidupan. Karenanya kukatakan, begitu memasuki masa-pensiun, kita dalam keadaan tidak bekerja lagi secara rutin, kebiasaan sehari-hari. Tetapi samasekali bukannya tidak ada pekerjaan. Pekerjaan bisa banyak, tetapi pekerjaan itu tidak menghasilkan uang, karena memang tugasnya seharusnya sudah bukan dalam bekerja secara salairie lagi.

Disinilah aku memahami sebagian pikiran teman-teman, bahwa begitu memasuki masa pensiun, lalu diartikan habislah segala pekerjaan, menganggurlah dirikita ini. Seolah-olah habislah masa aktive dulu itu, bersantai-santai dan menganggur, dan akan betapa sedih dan merananya. Sudah tentu pikiran begini harus dilenyapkan, dikikis. Pikiran begini hanya bahan pemupuk kecemasan, ketakutan dan kekuatiran dirikita sendiri. Yang pada akhirnya hanya akan menyiksa dirikita sendiri. Menurutku jauh sebelum masa pensiun, kita seharusnya sudah menyiapkan apa saja yang akan kita hadapi. Pekerjaan apa dan bagaimana yang akan kita lakukan. Karena itulah, bagiku masa pensiun itu malah kukejar buat kudapatkan, dan aku berusaha keras agar bisa pensiun-dini. Karena aku mau mengerjakan pekerjaan yang kusukai dan kucintai.

Dan setelah dua tahun lebih ini, apa yang kurasakan? Pekerjaan yang mau dan harus kita kerjakan itu banyak, bahkan bisa-bisa pada suatu waktu malah kita merasa kurang waktu tersedia buat mengerjakan pekerjaan kita sendiri. Dan itu pula sebabnya kukatakan, begitu masa pensiun, kita samasekali bukannya tidak ada pekerjaan. Pekerjaan itu banyak, tetapi tidak menghasilkan uang, dan tidak punya sumber pemasukan keuangan seperti dulu lagi. Kalau hal ini, adalah benar. Betapa kita merasa miskinnya dalam keuangan dan dana, tetapi bukannya miskin dalam pikiran dan cita-cita.

Ada juga teman-teman bertanya, lalu bagaimana cara mengatur kehidupan dengan uang yang begitu minim. Dan pertanyaan demikian adalah sangat wajar, normal dan masukakal. Barangkali aku ini termasuk manusia yang banyak merasa sudahlah, nanti ya soal nanti, jalani sajalah dulu. Nanti kan ada-ada saja penyelesaiannya. Menurutku begini, karena kita ini miskin, selalu saja dalam keadaan asor, maka dirikita harus banyak akal, punya taktik, giat mencari usaha yang bisa kira-kira menjadikan kita bertahan. Bagaimana sudah miskin tapi tak mau cari akal?! Sudah miskin tapi tidak mau bergiat, berusaha.Maka akibatnya sengsara bagi dirikita. Mencari kecerdikan, terus berusaha, tetapi tidak menipu!

Di Eropa sebenarnya banyak badan usaha sosial yang bisa mencarikan jalan buat kehidupan bagi orang-orang yang benar-benar memerlukannya. Badan-badan sosial itu ada di mana-mana. Tetapi dirikita terkadang tidak tahu, atau tidak menemukannya, karena juga karena tidak berusaha untuk tahu! Jalan yang sudah ada dan tersedia saja, terkadang tidak kita gunakan karena tidak tahu, atau tidak mengerti bagaimana cara menggunakannya. Sampai kini aku sendiri tetap dengan mata awas dan jeli, memperhatikan suasana sekitar, kalau-kalau ada lobang-lobang buat masuk atau buat ke luar dari banyak kesulitan dan kesempitan ini. Sebab apa yang mau kita kerjakan atau proyek yang mau kita laksanakan dalam hati kita, sungguh memerlukan dana yang yang tak sedikit.

Apa yang kudapatkan keringanan itu? Dalam pengobatan sehari-hari, aku mendapatkan keringanan. Gratis buat berobat ke dokter yang sudah ditunjuk, gratis obat-obatnya sendiri. Gratis kalau harus masuk rumahsakit, opname, gratis semua pemeriksaan apa saja. Lalu transportasi, gratis buat seluruh kota Paris yang dari ujung ke ujung sejauh 100 km, jauh di luar Paris, mendekati provinsi daerah. Semua kendaraan pemerintah gratis dinaiki, kecuali taksi karena tak ada taksi pemerintah. Lalu kenapa kok bisa begini? Karena punya syarat buat itu semua. Syaratnya yalah : dapat menunjukkan surat resmi tidak bayar pajak karena pendapatannya sangat sedikit, di bawah minimum, setelah pensiun ini. Biasanya bila mendapatkan pemasukan tidak sampai 40.000 francs dalam setahun, maka dapat gratis bermacam hal. Tetapi juga syarat lainnya buat mendapatkan syarat yang ini selama paling sedikit 15 tahun selalu bayar pajak secara teratur dan bersih.

Jadi memang ada timbalbaliknya. Ada yang mengatakan wah enaknya rek, serba gratis begitu! Jangan lupa dan jangan pula bangga! Keadaan ini menandakan si penerima ke-gratis-an itu karena begitulah miskinnya! Tak mungkin akan dapat hidup kalau semua harus bayar, sedangkan pendapatan pensiunnya sangat kecil. Bisa matilah warganegaranya!

Selama di Paris sejak tahun 1981, aku sudah pernah tiga kali diopname di rumahsakit, dan karena dioperasi kaki, sakit varises dan kencingbatu. Sekali opname menurut perhitungan keuangan rumahsakit harus bayar 15.000 francs. Tetapi buatku, gratis, karena ada bukti bahwa aku tidak punya kemampuan buat membayar sebegitu banyak uangnya. Gajiku tidak cukup, tidak mencapai syarat-syarat yang harus membayar. Tetapi dalam pada itu, aku diperiksa apakah secara teratur membayar pajaknya. Dan ketika semua beres, maka hak ke-gratis-an itu diberikan padaku.

Juga pembayaran apartemen - rumah, terlalu mahal, sampai 3000 francs. Pendapatan pensiunku sendiri tak sampai sebegitu besar. Dan semua ini ada buktinya. Lalu kita harus berusaha bagaimana minta bantuan. Dan ada badan untuk itu, Allocation Familialle, Asistant Sociale. Mereka memeriksa semua surat-menyurat resminya, dan yang paling pokok apakah kita selama sekian tahun itu membayar pajak secara teratur apa tidak. Lalu badan itu malah membantu lebih dari setengah jumlah sewanya, dalam setiap bulannya. Tanpa bantuan dan ke-gratis-an demikian, kita tidak mungkin bisa hidup. Tetapi "untungnya" pemerintah tidak akan dan tidak boleh membiarkan warganegaranya mati kelaparan, menderita karena kesengsaraan dan kemiskinan, apalagi selama belasan tahun dalam hidupnya si orang itu selalu membayar pajak secara baik dan bersih.

Inilah yang kumaksud dan kukatakan kepada banyak teman yang menanyakan perihal diriku, janganlah sampai ada kecemasan dan begitu kekuatiran ketika akan menghadapi usia-pensiun. Selalu ada saja jalan, selalu ada saja perlindungan kalau dirikita benar-benar berusaha buat hidup sebagaimana adanya. Tetapi juga dituntut pada dirikita sendiri agar selalu aktive, bergerak, berusaha, giat mencari buat menemukan. Sebegitu besar usaha-kerjamu, sebegitu besar yang akan kau dapat,-

Paris 13 Mei 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.