Bab 87 :
Pekerjaan dan Tanggung-jawab, Bagian Dua - habis

Selama aku tinggal di Paris hampir duapuluh tahun, sudah beberapa kali pindah rumah dan pindah kota. Setiap pindah ke tempat baru, selalu harus berurusan dengan segala macam kertas, surat-surat penting, dan urusan kepindahan itu. Misalnya bank, surat kartu-penduduk, listrik, tilpun, dan alamat-alamat surat penting lainnya. Dan untuk mengurusnya ini, diperlukan waktu cukup lama. Melengkapi surat-menyurat resmi, atau menggantinya dengan yang baru. Mengajukan permohonan baru, dan segala macam permintaan dari jawatan tertentu buat bisa mengeluarkan surat yang baru, di tempat yang baru.

Di situlah kita akan banyak menemui berbagai macam kesulitan, berbagai macam pengalaman. Dan juga berbagai macam watak orang perorang, adat kebiasaan, dan perilaku para pengurus surat-surat itu. Di sesuatu kantor, jawatan, prefekture, kantor pemerintah daerah yang dibawah kepolisian, berbagai macam perilaku yang kita temui, kita akan banyak belajar. Belajar bagaimana seharusnya bekerja dengan baik, atau bagaimana seharusnya jangan sampai melakukan seperti orang-orang yang kita lihat dan kita jumpai itu!

Sebuah kantor prefekture yang pegawainya kebanyakan dengan disiplin kerja kepolisian, tidak sedikit yang perilaku kerjanya sangat lamban, tidak serius, dan kurang tanggungjawab. Tak sedikit yang pegawainya, petugasnya sedang asyik ngobrol, minum-minum kopi di tempat kerjanya ( bukan di kantin ), bahkan baca koran, ngerokok menikmati isapan rokoknya. Sedangkan orang-orang yang bekeperluan dengannya, menanti, menunggu dengan hati yang agak dongkol melihat perilaku mereka. Bukannya kesibukan kerja yang mereka lakukan, tapi penuh dengan kesantaian, ngobrol ngalor-ngidul dan tertawa riang terbahak-bahak. Yang diceritakan kebanyakan hal-hal sepele yang samasekali tak ada hubungan dengan pekerjaan kedinasan mereka. Bagaimana orang-orang di luar yang sedang menunggu panggilan itu tidak akan dongkol! Mau marah, mau protes,- ingat ini kantor kepolisian pemerintah daerah! Kalau urusan mau selesai dengan baik, jangan macam-macam, kamu bisa panjang diperkarakan, ini pusat kekuasaan!

Mengurus surat menyurat resmi semacam ini di Paris, rata-rata memerlukan sehari suntuk jam-kerja, dari pagi sampai sore. Paling banyak makan waktu karena menunggu, karena antrinya panjang. Sedangkan yang bekerja lambat, lamban dan tidak gesit, penuh kesantaian. Adalah baik kalau jalannya lancar, biar lambat dan lama tapi selesai. Sangat mengesalkan kalau begitu lama antri menunggu, sambil melihat perilaku mereka ngobrol, tahu-tahu urusan kita belum lengkap, harus kembali minggu depan! Yang diherankan, hal ini sering terjadi justru di kantor dan jawatan pemerintah yang sebenarnya harus punya pelayanan yang baik buat masarakat.

Apakah kantor, jawatan semacam ini semua begitu? Tidak juga. Kepindahan terakhir ini, aku dapat rumah di daerah Fontenay Sous Bois, dengan alamat dan kotapraja baru. Karena kepindahan baru, maka lagi-lagi harus mengubah semua surat menyurat resmi. harus diganti alamat baru, urusan baru. Dan berbagai kantor dan jawatan harus didatangi buat keperluan kepindahan itu. Belum apa-apa, hati dan perasaan sudah siap-siap dongkol, sebab mengingat pengalaman lama yang sangat tidak menyenangkan itu.

Pelajaran bagi kehidupan yang banyak kualami. Janganlah belum apa-apa sudah apriori, sudah berprasangka buruk, padahal belum terbuktikan. Pengalaman pertama aku datang ke Mairie, kotapraja Fontenay Sous Bois, kutemui suasana yang belum pernah kurasakan selama belasan tahun aku di Paris. Ketika aku mengurus surat-surat kepindahan, agak mengherankan juga, pegawai dan petugasnya pada baik-baik, ramah-ramah dan berwajah senyum. Selalu menanyakan segala sesuatu kelengkapan surat menyurat dengan kata-kata yang baik, malah selalu mengingatkan, jangan sampai lupa. Atau bahkan mengatakan pada kita, agar besok-lusa datang buat melengkapinya. Malah ada surat menyurat yang pada hari itu juga selesai dengan lancar. Dan tampak suasana kerjanya sangat menyenangkan.

Banyak orang antri mengurus surat-surat, tetapi mereka pegawainya, petugasnya semua sibuk bekerja, namun dengan wajah yang bersih, ramah dan hangat. Melihat semua ini, perasaan jadi aman, senang dan juga penuh kegembiraan. Bahkan, lain lagi persoalannya, di sini malah yang sering ribut, ramai dan cerewet adalah yang mengurus surat-surat itu, karena tidak sabaran, karena mau cepat dan ringkas. Padahal semua pegawainya sangat baik, sangat ramah, bahkan kulihat sangat sabar. Sebab tidak sedikit yang datang mengurus urusan surat sudah dengan perasaan yang penuh marah-marah. Jadi barangkali seperti aku dulu itu, belum apa-apa sudah ada benteng kemarahan, gelombang luapan kebencian.

Kantor kotapraja Fontenay Sous Bois memang sangat dikenal dengan keramahan dan keterbukaan para pegawai dan petugasnya. Kalau kita sedang mencari-cari di mana kamar dan bagian kantor sesuatu urusan, maka kalau ada seorang pegawainya kebetulan melihat kita sedang mencari sesuatu, dia akan menanyakan kepada kita. "Anda mencari sesuatu? Apa bisa saya menolong Anda?" "Oh ya, terimakasih banyak. Saya mencari urusan bagian penyewaan apartemen". "Nah, di sana agak ujung, kamar nomor 145". "Maaf lagi. Sudah itu bagian bantuan keringanan perpajakan". "Nah, Anda turun ke tingkat dua, kamar nomor 47", katanya dengan wajah yang jernih. Sungguh sangat jarang ada kantor dan jawatan yang pegawai dan petugasnya begitu baik dan mengemban kewajiban yang begitu diperlukan bagi pelayanan umum.

Memang seharusnya bagian pelayanan public-service melayani dengan penuh tanggungjawab semua harapan dan permintaan penduduk setempat. Tidak boleh bekerja semaunya, tidak serius dan lamban, samasekali tidak mengabdi umum. Dan semua unsur yang seharusnya itu, kutemui di kebanyakan kantor di tempatku sekarang ini, kotapraja Fontenay Sous Bois. Mengurus apa saja, kita akan selalu menemui banyak keramahan dan kemudahan. Kalaupun ada hal-hal yang kiranya agak macet, sumbernya memang dirikita sendiri, salah sendiri, karena memang kurang lengkap surat menyuratnya.

Lalu pada suatu kali, karena urusan yang sangat penting, yaitu bagaimana buat mendapatkan apartemen murah, maka kami mau tidak mau diberi kesempatan buat bertemu dengan walikotanya, Tuan Louis BAYEURTE. Tuan Bayeurte menyediakan waktu kepada penduduknya setiap hari Kemis buat penduduk bertemu dengannya, selama jam-kerja itu. Bisa mengemukakan segala hal ihwal yang berkenaan dengan kehidupannya. Jauh sebelum itu, kami mengenal Tuan Bayeurte melalui majalah, berita kota kami, koran lokal. Dari semua berita dan siaran koran lokal, tampak nyata bahwa Tuan Bayeurte sangat aktive, giat dan turun ke bawah, langsung menangani berbagai macam persoalan kotanya dan penduduknya.

"Jadi sudah berapa lama Anda tinggal di Paris dan di Fontenay Sous Bois ini?" " Masuk Paris tahun 1981, dan tinggal di Fontenay tahun 1984. Menyewa apartemen yang kami rasakan sangat mahal buat kami", kataku yang ketika itu disertai anak bayi, cucuku Laura. "Sebelum ini di mana keberadaan Anda?" "Di Tiongkok", kataku. Dan dia kulihat memeriksa semua dossier kami, dalam sebuah map yang cukup tebal. "Anda punya koperasi restaurant rupanya?", katanya sambil membalik-balik dossier kami. "Ya, sama-sama teman lain"? "Semua kaum refugie?" "Ya, tapi juga ada empat orang Perancis dan empat kami dari refugie", kataku. "Baik ini, usaha sendiri ya, membantu dan menyediakan lowongan pekerjaan buat keperluan bersama", katanya.

Dari percakapan itu, dapatlah kuketahui, keadaanku dan keadaan keseluruhan kehidupan kami, cukup mendapat perhatiannya. Dan kami menunggu semua itu, buat mendapatkan sebuah rumah yang dapat kami jangkau dengan pendapatan yang minimum ini.

Dan sesudah itu berkali-kali aku bertemu dengan Tuan Bayeurte. Dan yang paling sering malah bertemu di kolam-renang di kota kami. Dia selalu menyempatkan diri buat berenang satu kali dalam satu minggu paling sedikit. Dan kalau bertemu selalu dia dengan ramah bersalaman dan bertegursapa dengan ramah. Pernah bertanya ini itu tentang kehidupan kami. Bahkan yang paling mengesankan, dia mengajak kami mengunjungi Pesta L*Humanite, sebuah Pasar Raya yang setiap bulan September diadakan di Paris ini. Sebuah Pasar Raya yang terbesar di Eropa.

Lama aku berpikir tentangnya, tentang Tuan Bayeurte ini. Sebab tertulis dan tercatat di sebuah batu prasasti sejarah kotapraja Fontenay Sous Bois, bahwa Tuan Bayeurte sudah menjadi walikota Fontenay selama lebih tigapuluh tahun! Apa sebabnya begitu lama dia bisa bertahan dan selalu terpilih dengan demokratis. Yang padahal ada beberapa partai dan golongan yang mencatatkan diri buat bersaing pada pemilihan walikota kotapraja itu.

Melihat dan memperhatikan, dan juga melihat suasana kantor dengan semua pegawai dan petugasnya, maka pantaslah dia disukai dan sampai kini terpilih sebagai walikota yang mungkin termasuk terlama di sekitar Paris ini. Dia dengan keseluruhan pegawai, staf dan petugasnya, ibarat satu kesatuan yang kompak. Sepenuhnya bekerja buat mengabdikan dirinya buat kepentingan penduduk dan rakyat setempat.

Aneh, dan heran, kalau kami datang ke kotapraja dengan keperluan berbagai urusan, kami merasa datang ke rumah sendiri, merasa ada hak, bahwa inilah kotapraja kami. Dan semua pegawai dan petugasnya yang ramah dan baik-baik itu, betul-betul sangat jarang ditemukan di bagian manapun di Paris ini. Dan kota kami sampai kini sangat bersih, kota bunga, bagus, jalannya mulus, sarana pendidikan anak-anak sangat baik, kantor kesehatan cukup buat melayani penduduk. Dan penduduk merasakan bahwa kotapraja mereka selalu berkembang dengan pesat dan baik, terpelihara, sangat menyenangkan. Keluhan penduduk sangat kurang, pada umumnya puas. Dalam hatiku, tentu saja Tuan Bayeurte bisa menjadi walikota sekian lama. Penduduk dan rakyat ingin kehidupannya aman, tenang, terpelihara dan diperhatikan secara seksama, dan semua itu cukup terpenuhi. Pantas saja walikota Bayuerte bisa bertahan puluhan tahun. Hanya hasil kerjanya dan tanggungjawabnya itulah yang menjamin dirinya mengapa bisa terjadi demikian lama bertahan di fungsi dan posisinya.

Paris 5 Mei 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.