Bab 81 :
Sedikit Lagi Obrolan Seputar Holland - Perancis

Sedikit membandingkan kehidupan antara Holland - Perancis, sangat aneh dan tak dapat dibayangkan bila ada rumah atau keluarga di Holland yang tak punya payung dan sepeda. Rata-rata rumah, keluarga, pasti punya payung dan sepeda. Kendaraan sepeda sangat populer di Holland. Karena itu banyak sarana jalanan yang tersedia buat jalan sepeda. Lain halnya di Perancis, walaupun negeri ini sangat terkenal di dunia dengan tour de france-nya, lomba sepeda ke seluruh negeri, tapi sangat jarang orang bersepeda bila dibandingkan dengan di Holland. Lalu soal payung. Mudah dimengerti, Holland itu negeri hujan! Kalau sedang dongkol dengan hawa dan cuaca di Holland, aku selalu mengatakan, Belanda itu hanya ada tiga : dingin - angin dan hujan! Dan tiga perkara ini tidak mudah kita dapatkan di Perancis. Perancis bila dibandingkan dengan Holland, hawanya tidak sedingin di Holland, anginnya dan hujannya tidak sesering dan sebanyak di Holland.

Tapi barangkali karena sulitnya hawa yang baik itu, karena tidak mudahnya hidup dengan negeri yang begitu kecil, di bawah laut lagi, maka keuletan bangsa ini, kemilitanannya luar biasa. Bagaimana mereka dulu mencari jalan ke luar, berperahu-perahu, berkapal-kapal melintasi lautan, samudra, mencari barang dagangan. Mencari pasaran, mencari lapangan kehidupan yang lebih banyak, lebih kaya, lebih menguntungkan. Ketika zaman sebelum dan baru mulainya VOC dulu, mereka melintasi banyak lautan, melintasi benua Afrika untuk mencari jalan ke Hindia. Berperahu-perahu dan berkapal-kapal mereka tenggelam sepanjang perjalanan itu. Mencoba, terus mencoba, dan akhirnya dapat menemukan barang dagangan itu : rempah-rempah, kopi, gula dan hasil bumi lainnya di Hindia, Indonesia, yang lalu mereka namai "Hindia - Belanda". Maka kebanyakan orang mengatakan, sesudah itu mereka menduduki negeri itu selama 350 tahun!

Sebelumnya, di mana buat menuju ke tanah Hindia itu harus melewati benua Afrika, sampai ke selatannya sekali, melewati Tanjungharapan, yang sesudah tanjung yang menonjol itu terlewati barulah ada Harapan! Karena selat Suez baru dibuka pada pertengahan abad ke 19, oleh arsitek dan insinyur genius Ferdinand de Lesseps ( 1869 ). Bersusah payah, mati berkorban, ratusan bahkan bisa ribuan orang, dan puluhan kapal dan perahu pada tenggelam, akhirnya membuahkan hasil yang sampai kini dinikmati banyak manusia lainnya. Semua ini kerja hebat-hebatan, mati-matian bangsa Belanda.

Karena tanah Belanda itu sangat rendah, di bawah permukaan laut, bagaikan lobang raksasa di bumi, hole, maka kata orang lalu menjadi tanah lobang, hole = Holland. Begitu katanya, wallahualam bisssawab, siapa bisa menjawab di dalam gelap! Tempat, kota yang kini sedang berkembang luas yang selalu kudatangi, bernama Almere, berada di bawah laut sedalam 3 meter! Ada tempat-tempat di Belanda yang sampai 5 a 6 meter di bawah laut. Karena sulitnya tanah dan tempat-tempat di Belanda, dan karena sempitnya, maka pengetahuan dan ketrampilan orang Belanda tentang bagaimana mengolah tanah, boleh dikatakan jempolan! Laut, danau, bisa diuruk dan ditimbun, lalu beberapa tahun kemudian sudah menjadi kota! Kerjanya menggali, menimbun, memindahkan pertanahan, dan membuat saluran air, tali-air.

Dan kalau orang Belanda tidak tahu dan tidak menguasai persoalan tanah dan air, alamat akan celaka, sebab air laut kalau sampai masuk, maka akan tenggelamlah tanah Belanda yang hanya sebesar Jawa Barat itu! Dan karena sangat pandai mengelola tanah, termasuk pertanian, dengan rumah-kaca yang hangat, maka eksport Belanda ke negara-negara Eropa sekitarnya, termasuk ke Perancis, adalah tomat, timun dan sayuran lainnya. Ke Russia malah bunga tulip diangkut dengan pesawat-terbang! Bagaimana petani Perancis tidak akan marah, kalau tanaman tomatnya pada tidak laku dijual, karena penduduknya lebih senang dengan tomat dan sayuran import dari Belanda, karena lebih bagus, lebih murah. Bertruk-truk tomat Perancis dihancurkan di jalanan tertentu. Ini termasuk "perang perdagangan" antara Eropa.

Perbedaan lain antara kehidupan di Perancis dan Belanda, jurang antara kaya dan miskin di Perancis lebih kentara daripada di Belanda. Di Belanda tampaknya merata, perbedaan kaya - miskin tidak sangat nyata seperti di Perancis. Sosialisasi Belanda tampaknya lebih bagus daripada di Perancis. Dan juga tampaknya kehidupan rakyat biasa, Belanda jauh lebih makmur daripada rakyat Perancis. Mungkin negeri kecil yang relatif gampang mengaturnya, memang ada kemungkinan begitu. Rakyat Belanda, penduduk rata-ratanya, lebih suka berdiam di rumah, karena itu rumahtangga, pengaturan, dekorasi, hiasan rumahnya sangat bagus bila dibandingkan rata-rata di Perancis. Sebab mungkin karena mereka akan selalu lama ada di rumah. Tetapi di Perancis, terutama di Paris, orang-orang tampaknya akan selalu lama di luar rumah. Karenanya rumah itu hanyalah buat istirahat pulang ke rumah dan lalu tidur. Sebab kebanyakan orang kota di Perancis, lebih banyak di luar rumah. Di resto, jalanan, teater, kantoran, dan tempat lainnya.

Dan karena itu pula paling banyak resto di Belanda selalu mencantumkan kata-kata afhaalen, buat di bawa pulang, take-away, tidak terlalu biasa di Perancis! Orang di Perancis, resto, cafe, bar, itu merupakan bagian suatu kehidupan. Aku sampai kini agak heran dengan hal ini : makanan segar yang belum diolah, di Belanda lebih mahal daripada di Perancis, tetapi makanan yang sudah diolah, sudah menjadi masakan siap-santap, jauh lebih murah daripada di Perancis. Makanan, jajanan, nyamian, jauh lebih murah di Belanda daripada di Perancis. Tetapi yang namanya ongkos transpor, akomodasi, transportasi, di Belanda minta ampun mahalnya bila dibandingkan dengan Perancis! Dan di Perancis ongkos transportasi, sangat murah bila dibandingkan dengan Belanda.

Orang Indonesia di Belanda? Baik "asli maupun tidak asli", baik "baru maupun lama, sudah puluhan tahun", bukan main banyaknya. Kataku dalam hati : orang melayu di Belanda sih, memang sudah kayak kampung melayu saja adanya! Di mana saja, di metro, kereta, bis, stasiun, jalanan, apalagi pasaran, kita akan selalu ketemu dengan orang Indonesia, dan bukan hanya berbahasa Indonesia, tetapi bahasa Jawa, bahasa Sunda, Minang, dan lainnya. Malah yang "sulit" yalah, bila satu hari suntuk kita ada di luaran, tidak pernah mendengar orang berbahasa Indonesia, atau bahasa daerah "kita", atau tidak bertemu dengan orang Indonesia. Rasanya takkan terjadi hal yang beginian. Yang kalau di Perancis atau di Paris, betapa akan senang dan bahagianya kita kalau mendengar atau bertemu dengan orang Indonesia, berbahasa "daerah kita", karena sangat jarangnya. Resto kami namanya Restaurant Indonesia, tetapi orang Indonesianya terkadang satu minggu penuh tak ada orang Indonesianya yang datang ke resto kami. Karena sangat jarangnya "penduduk Indonesia" yang tinggal di Paris. Dan lagi pelanggan kami lebih 85 persen adalah orang bule.

Orang Indonesia yang ada di Perancis, bukan hanya Paris, kami kira tidak akan sebanyak orang Indonesia di satu kota di Belanda, misalnya, Den Haag, apalagi Amsterdam atau Rotterdam. Syarat-sayaratnya memang lain. Belanda dulunya memang negara induk dari negeri jajahannya Indonesia, sama dengan Perancis yang juga negara induk dari negeri jajahannya di Indo-Cina dan sebagian Afrika. Karena itu orang-orang Indonesia yang ingin menjadi warganegara Belanda, naturalisasi, apalagi yang kelahirannya sebelum tahun 1949,- KMB -, sangat mudahnya,- ini dulunya. Tetapi orang-orang Indonesia yang ingin menjadi warganegara Perancis, naturalisasi, harus menunggu selama 10 tahun dulu, dan dengan tinggal terus-menerus di Perancis,- ini dulu,- Sebaliknya bagi orang-orang dari Indo-Cina dan Afrika, untuk menjadi warganegara Perancis, mungkin semudah orang-orang Indonesia yang mau menjadi warganegara Belanda. Lain negeri lain peraturannya, lain padang lain belalangnya.

Pada batas-batas tertentu memang ada kemudahan hidup di Belanda. Jaminan sosialnya jauh lebih baik daripada di Perancis. Buat orang Indonesia yang hidup di Belanda, dapat tunjangan sosial buat seumur hidup! Seorang penganggur yang bisa berhemat, niscaya akan dapat menabung buat beli tiket ke Jakarta setiap tahun, bahkan bisa beli mobil second-hand. Hal ini tidak mungkin terjadi di Perancis, tidak ada dan tidak pernah ada kasus demikian. Katanya "pencekikan" pengetatan dan kerasnya jawatan-pajak, lebih hebat di Belanda. Sangat sulit orang mau kaya di Belanda, sebab jawatan-pajaknya memang sangat aktif, sangat reaktif, sangat mengejar-ngejar pajak orang-orang yang "kelebihan duit". Dan banyak kehidupan menjadi bangkrut karena di kejar-kejar pajak, yang di Perancis tampaknya tidak sekeras di Belanda.

Dulu pada zaman baheula-nya, mungkin kehidupan Perancis jauh lebih makmur daripada di Belanda, apalagi tumbuhnya burjuasi Perancis adalah lebih awal dan lebih berkembang lama. Karena itu ada pengaruh revolusinya, bahwa revolusi Perancis 1789 itu, adalah model suatu revolusi burjuis demokratis. Dan sampai kini betapa banyaknya istana-kecil di Perancis yang mau dijual, karena tidak terawat, tidak ada kesanggupan merawatnya, dan juga sudah puluhan bahkan ratusan tahun tidak ada yang mendiaminya dan mengelolanya. Kami pernah tahu dan melihat, ada sebuah istana di kota Tours, suatu kota yang dulunya banyak tinggal baron, pangeran, burjuasi-daerah, mau dijual, dengan kamar sebanyak 21, harganya "hanya" 6 juta Francs,- Sampai kami melihat dan "memeriksa" istana itu, tahun 1999 kemaren ini, belum ada yang berminat membeli. Sudah tentu kalau yang namanya istana, dihargai dan dipotong harga sejumlah 90 persen-pun, tidak mungkin kita akan membelinya!

Paris 19 April 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.