Bab 80 :
Obrolan Seputar Holland - Perancis

Sudah tiga tahun ini banyak teman-temanku menanyakan, di mana sebenarnya tempattinggalku yang tetap. Di Holland-kah atau di Perancis. Sebab yang mereka tahu, setiap bulan selalu saja aku ada di Holland, tetapi mereka juga tahu bahwa aku nyatanya tidak menetap di Holland. Dan bila aku datang di Paris sesudah satu minggu dua minggu di Holland, teman-temanku yang di Paris selalu menanyakan : "kapan lagi ke Belanda?". "Lha saya ini kan baru kemaren datang dari Belanda. Baru saja datang kok sudah nanya kapan ke Belanda. Nggak suka ya saya di sini, sama-sama kalian? Mbok nanyanya jangan gitu dong!". Sebaliknya kalau aku datang di Holland, juga teman-teman di sana sama saja pertanyaannya "kapan kembali lagi ke Paris",- padahal baru kemarennya datang dari Paris.

Dan gilanya lagi, mondar-mondirku ini dijadikan bahan terkaan bagi mereka. Di mana si simon itu lamanya, di Belanda-kah atau di Paris? Dan aku selalu menyatakan dan tak pernah berubah, bahwa tempattinggalku yang tetap, adalah Paris. Dan aku selama ini paling lama di Holland tak lebih dari tiga minggu, belum pernah satu bulan penuh. Tapi adalah benar, aku selalu mondar-mandir antara Perancis dan Holland, antara Paris - Amsterdam atau Schipol. Teman-teman di resto kami masih memberi kesempatan padaku buat bekerja di resto dua kali satu minggu, dan bekerja satu bulan akan mendapatkan uang buat beli tiket pergi-pulang Perancis - Belanda, dan masih berlebih buat belanja beli tempe buat banyak teman di resto.

Mengapa sering amat mondar-mandir? Aku tak tahu yang mana yang harus kuletakkan menjadi nomor pertama, sebab ada dua hal mengapa aku setiap bulan mondar-mandir itu. Pertama selalu ada rapat YSBI, Yayasan Sejarah dan Budaya Indonesia, atau pertemuan lainnya. Kedua, kangen anak-cucu, terutama cucuku yang empat orang itu. Semua mereka sudah pindah, tinggal di Holland. Nah, inilah yang kukatakan, yang nomor satu itu yang mana harus diletakkan paling atas. Sudahlah, nyatanya dua hal itu bertaut rapat, jalin menjalin.

Karena aku selalu datang-pergi, atau pergi-pulang antara Belanda dan Perancis, maka menjadi tahu banyak, atau lebih tahu sedikit dari orang yang tak pernah datang ke sana, inipun hanya mungkin, belum mutlak. Dan selalu ada pengalaman baru, pengenalan baru, lalu mengadakan perubahan baru. Misalnya dulu aku selalu berhenti dan berangkat-pulang di stasiun Amsterdam Centraal. Tetapi akhirnya aku tak mau lagi berhenti di stasiun itu. Aku pilih berhenti di Schipol, lalu naik kereta antara kota menuju Almere Stad, praktis, mudah dan tak berbelit. Kalau di Amsterdam Centraal, kita harus turun naik lagi cari rel atau jurusan kereta yang mana menuju Almere. Sedangkan di Schipol, tinggal pindah jalur saja dan tak perlu naik turun lagi, hanya sebelahnya saja.

Jadi jangan salah, orang hanya mengenal Schipol itu bandar-udara saja, padahal di bawahnya, line kereta yang cukup luas, ke seluruh negeri dan luarnegeri. Dan Schipol adalah tempat rekreasi yang sangat sedap, enak, menyenangkan, jauh lebih bagus, lebih nyaman daripada di Paris, Roissy, lapanganterbang di Charles de Gaulle. Schipol sangat menarik orang. Banyak orang hanya mau senang-senang, bermain-main, belanja, nongkrong, termasuk cuci-mata, menjamu teman, lihat-lihat, datang ke Schipol. Dan Schipol memang merupakan suatu tempat buat keperluan itu, lain daripada di Paris, tak ada yang seperti Schipol itu, atau tidak selengkap dan sebagus Schipol. Mall-mall-nya sungguh banyak, dan pertokoan luarbiasa menariknya, memancing dan selalu memikat mata.

Aku selalu naik kereta-cepat atau kereta-kilat yang namanya Thalys. Kereta ini sangat cepat, sama dengan model di Jepang itu. Dengan bis, antara Perancis - Holland, makan-waktu sampai 6 a 7 jam, dan dengan Thalys ini hanya 4 jam. Dan ada syarat lainnya, naik Thalys diharuskan dan diwajibkan dengan pesan-tempat dulu, tidak bisa naik begitu saja pada detik itu, kecuali harus datang dan melapor dulu ke bagian jawatan kereta yang khusus mengurusnya. Dan yang lainnya, kalau Thalys ini terlambat, sampai 20 menit, apalagi lebih dari setengah jam, maka jawatan kereta Thalys harus mengganti kerugian kepada penumpang! Dan aku sudah pernah dua kali dibayar oleh Thalys karena keretanya terlambat setengah jam dari ketentuan jadwal, dan ini melanggar, dan bila melanggar harus bayar! Memang tidak banyak, tapi lumayanlah, sekira 15 sampai 20 persen dari harga tiket. Banyak penumpang yang tidak mau mengurusnya, sebab harus mengisi daftar dulu, melampirkan tiket aslinya sebagai bukti dan cengkune lainnya. Dan aku sebagai "kebiasaan orang miskin" biar susah-susah dululah asal dapat uang kembali walaupun tak banyak. Pikirku, betapa sulitnya mencari uang, bekerja sampai menjelang dinihari dan pulang sangat malam dari resto, hanya buat mendapatkan sekedar beli tiket. Sekarang kau harus juga ulet mengurus pengembalian uang bayaran denda karena terlambat itu. Kerjakan biar susah juga! Begitu kataku dalam hati.

Thalys berjalan cepat dari Perancis sampai Belgia, Brussel. Lalu sisanya tidak bisa secepat Perancis - Brussel, sebab katanya ada kelainan relnya. Tapi tetap saja cepat, hanya tidak bisa nggenjot laju. Antara Paris sampai Brussel dan sebaliknya, kecepatannya sampai 350 km perjam, dan ini bukan maksimum. Dan sangat bagus dan enak melihat pemandangan di samping kereta, karena ada jalan raya umum. Semua mobil yang tadinya dan kelihatannya jalannya sangat cepat, begitu dilewati kereta Thalys, beberapa detik saja sudah sangat jauh ketinggalan di belakang kereta. Tentu saja, mobil itu pada biasanya kecepatannya 180 per km, kalaupun di full-kan katakanlah sampai 200 atau maksimum lebih dari itu, tetap saja ketinggalan jauh. Dan pemandangan begini sangat mengasyikkan, seperti berlomba tetapi selalu mobil kalah dan ketinggalan jauh sekali. Gedung-gedung, pepohonan tampak berlarian menuju belakang!

Kereta-cepat yang ke Holland dan Jerman, namanya Thalys. Kereta-cepat yang ke Inggeris namanya Euro-Star, dan antara Perancis, dalam negeri namanya TGV. Pada pokoknya kecepatannya sama, tetapi harga tiket lain dari harga kereta-biasa. Katanya nantinya semua kereta akan diubah menjadi kereta-cepat semua. Naik kelas satu di kereta-cepat, sama dengan kapal-terbang, dapat suguan dan sajian makanan, hidangan dan service yang sama dengan pekerjaan pramugari-udara. Penjagaan yang sangat ketat malah ada di Perancis, pemeriksaan sangat teliti kalau waktunya ada yang dicurigai. Tetapi kalau tak ada yang dicurigai, tak ada laporan bagian keamanan, maka perjalanan smooth saja, mulus dan bagus, aman dan sedap, menyenangkan. Kecurigaan tertentu itu biasanya berhubungan dengan barang-terlarang, ganja, heroin, atau kejahatan lainnya, pelarian narapidana, atau kecurigaan terhadap terorisme. Kalau sudah begini biasanya, anjing pelacak-pun turut serta memeriksa penumpang, tetapi polisi dan tentaranya selalu minta maaf dulu karena harus memeriksa penumpang.

Selama ini tak pernah kujumpai pemeriksaan yang di wilayah Belanda maupun Belgia, selalu saja di Perancis, tidak tahu apa sebabnya. Sedangkan kalau biasanya kami naik mobil, rumah-jaga yang dulu ada, kini malah sudah rata dengan tanah. Sudah tak ada lagi penjagaan seperti dulu, karena sekarang ini Eropa sudah satu.

Paris 17 April 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.