Bab 67 :
Gourmande - Gastronome - Bacaan Ketika Lapar - Dua, Habis

Porsi makanan resto di Belanda dan Perancis, beda yang paling menonjol yalah isi porsi itu. Di Perancis isi porsinya sedikit, di Belanda isi porsinya banyak. Karenanya orang-orang yang sudah biasa hidup dan makan di Perancis, kalau makan di resto di Belanda, akan cukup kekenyangan. Sebaliknya orang-orang yang sudah biasa hidup dan makan di Belanda, kalau makan di resto di Perancis, akan selalu merasa kekurangan, belum kenyang, ada rasa tidak cukup.

Mungkin bisa ditelusuri dari bangunan tubuh orang-perorang. Orang-orang Utara, seperti orang Belanda, Swedia, Norwegia, biasanya besar-besar. Sedangkan orang-orang Perancis yang lebih Selatan ini berbadan agak kecil bila dibandingkan dengan orang Utara itu. Sudah tentu makanannyapun cukup sesuai dengan keadaan tubuhnya. Itulah sebabnya pula, kalau kami makan di resto di Holland, selalu merasa cukup banyak, kenyang benar, bahkan sedikit terasa kekenyangan. Kebiasaan orang Perancis, dan ini agaknya sama dengan orang Belanda, sehabis makan selalu minum kopi. Minum kopi, rata-rata dua kali sehari, pagi dan sore. Itulah pula sebabnya, deretan pertokoan yang paling banyak sepanjang jalanan di Paris, cafe - toko atau tempat minum kopi, adalah cafe ini,- sudah itu barulah tabac, toko berjenis rokok, dan pharmacie, apotik.

Orang Perancis selalu menuntut rasa dessert harus manis, tetapi kopi sebaliknya jarang pakai gula. Yang datang ke resto kami bila seseorang minta kopi, lalu minta susu, kebanyakannya pastilah bukan orang Perancis! Sebab orang Perancis boleh dikatakan tak ada yang minum kopi dengan susu. Orang yang selalu minta susu buat kopinya, selalu orang lain daripada Perancis, misalnya dari Belanda, Amerika atau Eropa Utara tadi itu.

Kalau pelanggan minta sendok buat makan, kebanyakannya pastilah bukan orang Perancis. Sebab orang Perancis selalu makan pakai garpu dan pisau, tanpa sendok. Sendok hanya buat minum sup. Telah beberapa kali percobaan kami membuat dessert seperti cendol, tapi tak pernah laku. Mereka pelanggan kami umumnya tak suka cendol. Telah beberapa kali kami membuat masakan rawon, tetapi mereka tak pernah suka akan rawon, juga tak pernah suka gudeg juga tak suka akan lodeh. Orang Perancis kebanyakannya sangat suka daging, dan bukannya ikan. Ikan tidak populer buat orang Perancis, kecuali yang hidup di tepi laut, pesisir, dan itupun juga mereka kebanyakannya tetap saja suka daging.

Itulah pula sebabnya, masakan rendang dan semur, sangat menguras tenaga dapur. Sebab biasanya sekali masak daging buat rendang, sampai 13 kg, hanya bisa tiga hari paling lama, bisa-bisa hanya buat dua hari, bahkan kalau dibanjiri pelanggan, bisa-bisa hanya buat sehari. Padahal yang makan di resto kami paling banyak 120 orang sehari semalam. Orang Perancis tidak suka makanan berkuah, misalnya soto yang dikuahi ke dalam nasi, sehingga nasi itu tenggelam dalam kuah soto, tidak akan dikerjakan mereka sebagaimana sering kita lakukan. Mereka paling menyukai rasa saus. Saus sangat memegang peranan penting dalam masakan Perancis. Biar sausnya sedikit tetapi harus enak. Mereka tidak suka saus banyak sehingga membanjir ke dalam makanan, mereka suka kering-kering-basah atau barangkali basah-basah kering.

Ada beberapa tempat atau daerah-makan di Paris. Yang paling terkenal tentu saja di China-Town, daerah Paris 13, lalu di Belleville daerah Paris 19 dekat 20,- Lalu di pusat Parisnya, sekitar daerah Quartier Latin, daerah Paris 5 dan 6. Kota Paris dibagi menjadi 20 arrondissement. Daerah Quartier Latin adalah daerah tempat nongkrong, makan, dan bersantai. Di daerah inilah resto kami sejak tahun 1982 itu, segitiga antara Universitas Sorbonne, Teatre National ODEON dan Taman Luxembourg, sebuah taman yang terbesar di kota Paris. Dan Jalannya yang bernama Rue Vaugirard itu adalah jalan yang terpanjang di seluruh kota Paris, begitu panjangnya sampai melewati dua arrondisement, Paris 6 dan Paris 15.

Janganlah kaget ketika melewati jalanan yang penuh resto dan warung itu, tiba-tiba kedengaran piring-gelas-cangkir berpecahan. Ada yang sengaja dijatuhkan, bahkan ada yang sengaja agak dibanting. Ini perilaku orang-orang resto Yunani - Greg atau Turki, pertanda buang sial dan menghadang keberuntungan, memanggil rezeki. Ini kepercayaan mereka. Dan ini biasanya akan selalu terdengar di daerah Quartier Latin bila kita berjalan-jalan sepanjang resto yang puluhan bahkan ratusan banyaknya itu. Mereka berlomba memancing pelanggan agar mampir ke restonya.

Suasana berjalan-jalan di sepanjang jajaran resto dan warung itu benar-benar sangat mengasyikkan. Suasana gembira, penuh bahagia, tapi juga harus selalu waspada. Sebab copetnya juga tak kalah dengan copet sekitar Senen dan stasiun-stasiun di Jakarta. Bau aroma udang bakar, panggang-kambing-guling dengan minyaknya yang sangat ditakuti para anti-kolesterol, dan yang begitu menggoncangkan selera kaum gourmande dan gastronome, berlomba merebut simpati dan antipati. Toko-toko es krim, dengan anak-anak dan orang-orang dewasa seenaknya menghirup dan menjilatinya, seolah-olah mengajak kita juga ikut merasakan kenikmatannya. Sepertinya ada yang seolah-olah mendemonstrasikan bagaimana cara menjilati sedapnya wangi es krim.

Kalau sedang regime atau dieet, akan lebih baik tidak usah saja melewati daerah ini, jangan sampai tergoda iman di dada. Pedagang kakilima seperti crepe, sejenis kue yang dibuat ketika itu juga, sudah tentulah buat menarik pembeli. Berjenis crepe yang pakai mentega, susu, keju, pisang, kacang, daging-sosis, berjenis manisan dan asinan, memancing mata kita untuk melihatnya dari dekat. Tambah dilihat akan tambah terpikat. Lebih terpikat lagi, berarti keluarlah uang yang tadinya kita janjikan pada diri sendiri buat tidak belanja apapun, ternyata ada kalanya kita juga kalah akan dirikita sendiri. Tapi itulah Paris, menarik, memikat, mempesona. Dan itu baru dari segi makanan saja. Belum musiknya, belum tariannya, belum pertunjukan berbagai modenya, dan belum musiumnya yang begitu banyak, besar, lengkap, dan bersejarah lama tapi selalu dirasakan baru,-

Paris 8 Maret 00,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.