Bab 50 :
Cibubur

Ternyata Cibubur itu cukup luas, sedangkan yang saya tahu dalam beberapa hari itu pada mulanya biasa-biasa saja adanya, tidak mengandung suatu apapun yang berarti. Pada iklan yang terpampang di jalanan-tol, ada terpampang tentang iklan kota Cibubur ini dengan tulisan segede gajah : CIBUBUR KOTA DENGAN SEJUTA PESONA atau pada iklan lainnya tertulis : CIBUBUR KOTA PETUALANGAN, atau KOTA DUNIA PESONA DAN PETUALANGAN. Pokoknya ingin memperlihatkan bahwa Cibubur itu hebatlah adanya.

Dalam hati saya, alah, apasih anehnya Cibubur itu, jauh dari kota, jauh dari pusat Jakarta, agak udikan lagi! Saya tinggal di Cibubur selama hampir dua bulan di Jakarta baru-baru ini. Bolak-balik dengan mobil, itu-itu saja yang dilihat, lalu apanya sih yang sejuta pesona dan kota petualangan itu? Tidak ada kendaraan umum yang dekat-dekat perkampungan itu. Kalau tak punya kendaraan pribadi, minta ampun sengsaranya tinggal di Cibubur itu. Mau pesan taksi, jauh sekali, harus tilpun, paling cepat seperempat jam baru taksinya datang. Kendaraan umum sangat jauh dari perumahan. Ada kendaraan ojek, tapi itupun jauh letaknya. Pokoknya kalau jadi orang miskin seperti saya ini sangat sulitlah kalau tinggal di Cibubur, semua harus pakai uang, taksilah, ojeklah, jalan jauhlah, pendeknya selalu harus keluar tenaga, pikiran dan uang! Harus bersusahpayah. Jakarta sangat panas, bergerak sedikit sudah basah berkeringat.

Dulu, tahun dulu saya juga di Cibubur, tapi di rumahnya Oom Djoen. Dan kini juga di Cibubur tapi di rumahnya keponakan saya : Asmaralda, si as. Dan ternyata setelah berminggu-minggu saya tinggal di Cibubur dan melihat agak keseluruhan ke-Cibubur-annya, maka mengertilah saya, ada kecocokan antara iklan papan-raksasa yang terpampang di jalanan-tol itu, mengandung kebenaran juga adanya.

Cibubur itu ternyata luas, sampai-sampai walaupun namanya sama-sama Cibubur dan tempatnya memang di satu wilayah, ternyata ada yang wilayahnya termasuk Jakarta-Timur seperti rumah Oom Oey itu dan ada wilayah yang sudah termasuk Depok-Bogor, seperti rumahnya Asmaralda yang saya tempati ketika itu. Dan ejekan alah apasih Cibubur itu, tampaknya ponakanku si As tak bersenang hati, lalu pada suatu hari diajaknyalah saya dengan BMW-nya menjelajahi daerah Cibubur itu.

Dan alah mak, luas juga Cibubur ini, dan isinya bermacam-macam. Jambore Nasional tempat pesta pramuka se dunia atau se Asia, di Cibuburlah tempatnya. Dan perumahannya memang ada yang mengandung sejuta pesona itu. Rumah-rumah yang bagaikan istana-kecil, ditatah dengan rasa seni yang tinggi, dan dipadukan dengan rasa estetika yang berkelas, maka pemandangan dan lingkungan Cibubur sangat indah, berseri dan bersih,- paling tidak pada bagian perumahan kelas menengah-atasnya-,

Dan sayangnya atau anehnya, perumahan yang menggunakan pertanahan sampai 5 atau 6 hektar itu, yang begitu luas, tapi penghuninya kosong! Jadi perumahan yang begitu bagus indah, ternyata hanya dihuni penunggunya, orang gajiannya dari para pemiliknya! Karena pemiliknya sangat-sangat jarang datang ke tempat itu. Dan ternyata kebanyakannya memiliki perumahan itu hanyalah sebagai peyimpan uang dalam bentuk hipotik,perumahan, sebagai investasi akumulasi modal.

Dan ternyata ada nama-nama beken yang memiliki perumahan atau pertanahan di Cibubur itu. Jauh sebelum Habibie menjadi Presiden ke tiga, dia sudah punya perumahan dan pertahan di wilayah Cibubur ini. Bahkan katanya dulu itu, kalau dia bepergian dari perumahan yang bagaikan istana-kecilnya itu selalu pakai helikopter! Dan memang sangat jarang Habibie datang ke tempat istana-kecilnya ini, karena itu penduduk sekitar akan lebih tahu kapan Pak Habibie dengan helikopternya itu. Dan katanya istana-kecilnya itu lebih banyak dihuni oleh anaknya.

Lalu ada nama-nama seperti Bob Hasan konglomerat yang dilahirkan dari rakhimnya pemerintahan Orba Suharto, si raja-kayu si raja-hutan Kalimantan itu. Lalu ada lagi menteri R. Ramelan dengan tanah dan perumahan yang kata orang bisa dengan istilah aduhainya. Dan agak kepojok yang ada telaga buatan, ada kompleks perumahan yang sangat jarang orang tahu, itulah kepunyaan Jenderal Prabowo! Yang padahal Prabowonya entah di mana tinggalnya, katanya masih di Timur Tengah. Dan ada beberapa lagi kepunyaan orang Jakarta dengan sulapan dari pertanahan kosong menjadi pesanggerahan mewah.

Perumahan luks tetapi biasa-biasa saja pemiliknya, artinya bukan dari golongan beken seperti yang saya sebutkan tadi itu, cukup banyak. Perumahan dengan nama Taman Bunga Arnoldi Rafflesia, bukan main bagus-bagusnya perumahan di daerah ini. Dan perumahan yang bagus-bagus, mewah-mewah, mempesona begini, ternyata di sekitar Jakarta dan Jabotabek ini, bukan lagi monopoli daerah PONDOK INDAH dan CINERE lagi! Seperti pada belasan tahun yang lalu. Pada waktunya akan saya ceritakan bagaimana perumahan di daerah PANTAI MUTIARA, dan beberapa daerah lagi yang sudah jauh meninggalkan kesemarakan dan glamournya daerah PONDOK INDAH dan CINERE.

Dan ternyata orang-orang kaya Jakarta yang sangat pelahap-tanah, pelahap-rumah itu sungguh pandai melihat situasi. Dalam keadaan begini ulah perekonomian, penyimpanan uang, "menyembunyikan" harta-benda uang dan emas, jauh lebih baik bila dijadikan investasi perumahan, dan tidak dipendam atau dijalankan dengan mesin-bank yang dulu beberapa tahun yang lalu, pada menjamur bertumbuhan subur, tetapi kini pada rontok, bangkrut karena ada badan pemeriksaan kemacetan pembayan hutangnya. Tanpa itu tetap saja tidak akan ketahuan ke mana masuk dan jalannya itu uang yang mengalir deras dari luarnegeri.

Dalam satu sajak saya ada saya tuliskan, ada pejabat atau konglomerat yang merasa masih penasaran karena rumahnya, kepemilikan rumahnya baru saja ada dua dan tiga. Maunya bisa banyak bahkan bisa belasan!

Kembali ke rumah kami yang di Cibubur itu, yang wilayahnya sudah masuk Bogor, sangat sulit mencapainya. Karena termasuk letaknya di ujung dunia. Selalu saja kalau ada beberapa teman atau wartawan yang mau mencari saya, akan saya katakan, susah mencarinya. Dengan keterangan : Cibubur daerah Bogor, masuknya dari tol dekat lapangan jambore pramuka, lalu menuju ke kompleks IPTN, lalu cari permahan Mandala Sari, lalu masuk gang yang jalanannya masih tanahliat, kalau hujan minta ampun beceknya. Di mana ada pintu seng, dan hanya ada satu saja rumah yang terletak di situ, nah, itulah rumahnya, masuklah. Dan kalau sudah sampai ke jalan becek, yang penuh semak, dan pagar seng itu, dan pintunyapun seng pula, maka tak ragu-ragu itulah rumah yang kutumpangi itu.

Nama gangnya, atau jalannya kalau mau keren sedikit, adalah nama keluarga, Nazahara Puri, diambil dari nama Ayah dan Ibunya dari si As, ponakanku itu. Dan tak ada yang protes, sebab jalan itu hanya mereka saja tinggal di gang itu! Namun demikian ada juga teman wartawan yang menyerah kalah, mereka berdua kembali ke rumahnya, sebab gagal dan tak dapat menemukan rumah itu, karena jauhnya, karena terpencilnya.

Ketika ada kenalan-keluarga saya yang wanita mau menemui saya datang ke rumah, saya katakan lebih baik undurkan saja maksud itu, takkan bisa menemui alamat tempat saya menginap. Sangat sulit mencarinya, lebih baik saya saja yang datang ke tempatnya atau bertemu di suatu tempat. Tapi Maya tetap ngotot mau datang. Dan ternyata dia pakai banyak akal. Dia bawa handphone, setiap ada kesulitan mencari jalan dan gang itu, lalu dia tilpun. Dengan demikian ada penuntunnya terus. Sehingga sampai di depan rumah yang jauhnya dari gang itu sejauh 70 meter, tetap kami berhubungan tilpun, dan dia dapatkan alamatnya. Dan dia merasa menang, sudah ditakut-takuti takkan mendapatkan alamat itu, tetap saja ngotot mencarinya sampai dapat,- bravo Maya!

Paris 16 Febr 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.