Bab 136 :
Sepenggal Kisah Tuan Pahlevi - Bagian Dua - habis

Menurut pemantauan, penglihatan yang tergambar pada Nita, mau tak mau harus dikatakannya kepada Tuan Levi. Sebab pada biasanya, bila seseorang memang benar-benar minta bantuan dan sangat mengharapkan bantuan, Nita akan selalu menolong dan membantunya. Tetapi samasekali bukannya bisa dan mampu mengubah. Mengubah, mengganti, itu urusan Tuhan dan diri seseorang, faktor dalamnya sendiri,- demikian Nita berpendapat.

Begitulah halnya dengan urusan pernikahan Tuan Levi ini. Dia sebaiknya menuruti kehendak yang baik dari orangtua dan keluarga besar lainnya. Tetapi bagaimanapun kesulitan lain sudah menunggu di depan pintu. Hanya tidaklah sebesar kalau Tuan Levi menentang kehendak keluarga besarnya. Sedangkan keluarga dipihak calon isteri, Fonda, tidak persoalan besar, diserahkan kepada keluarga besar Tuan Levi. Soal agama juga demikian. Mereka memang tidak menganut suatu agama tertentu, tetapi percaya adanya Tuhan, percaya akan doa dan kebaikan serta kebajikan yang dianjurkan agama.

Tetapi ada hal-hal yang dijelaskan Nita kepada Tuan Levi. Pasal mau atau tidak mau menuruti apa yang dikatakan Nita, itu urusan Tuan Levi sendiri. Hanya Nita merasa berkewajiban buat menjelaskannya terusterang apa yang berhasil menurut pemantauan Nita. Mau percaya ya silahkan, mau tidak percaya juga tidak menjadi beban bagi orang yang benar-benar mau membantu.

Bahwa ketika upacara pengantinnya nanti, mempelai wanita harus berpakaian putih-bersih, tanpa warna lain. Dan mempelai pria, harus berpakaian betul-betul harus sederhana, tidak menunjukkan bahwa hari itu adalah pesta perkawinan. Dan tidak pesta besar-besaran. Saya benar-benar heran, dan tak habis pikir. Semua apa yang dikatakan Nita, secara baik dituruti oleh Tuan Pahlevi, dan keluarga besarnya juga menuruti kehendak Tuan Levi ini. Nita sendiri juga benar-benar tidak punya beban apa-apa kalau seandainya apa yang dikatakannya itu tidak dituruti dan ditentang Tuan Levi dan keluarganya. Dia benar-benar merasa berkewajiban menolong dan membantu orang yang memang benar-benar mengharapkan dan membutuhkan bantuan.

Dan terjadilah pada upacara pernikahan itu. Sebagaimana yang dijelaskan Nita, semua apa yang dipesankannya dituruti oleh Tuan Pahlevi. Tuan Levi hari itu benar-benar hanya berpakaian sehari-hari, tak ada tanda bahwa hari itu adalah hari istimewa baginya dan kehidupannya. Sedangkan Nyonya Fonda, sangat cantiknya dengan pakaian pengantin yang serba putih-bersih itu. Dan yang hadir hanyalah keluarga besar itu saja, dari dua belah pihak. Dan ditambah dengan keluarga Bregas - Nita, tak ada undangan lainnya. Secara kebetulan, Tuan Levi sendiri memang tidak menghendaki pesta besar pada upacara pernikahannya ini. Sebenarnya sejak semula, Tuan Levi memang sudah menentang dan sangat tidak setuju akan pernikahan ini. Tetapi karena dia mengingat dan mempertimbangkan kehendak orangtuanya dan pihak keluarga besarnya, maka dia mengalah. Dan hal ini bagi seorang yang sombong dan angkuh, bukan main cacat besar yang dirasanya. Tetapi dalam hati saya, jangan-jangan keadaan ini merupakan hukuman juga bagi Tuan Levi, dan karena akibat sikap dan tingkah-lakunya sendiri.

Dalam pada itu Nita juga menjelaskan bahwa kesulitan dan kerumitan lain bagi Tuan Levi, sudah menunggu di depan pintu. Hanya kesulitan dan kerumitan apa, tidak dijelaskan. Tetapi Tuan Levi menjadi penasaran, dia mau tahu dengan jelas, kesulitan dan kerumitan apa itu. Dalam ilmu ramal-meramal, tidak akan begitu jelas dan terperinci segala apa saja yang kita mau tahu. Kalau jelas jemelas, terperinci, satu persatu, itu mah rencana lima tahun kenegaraan, dan sudah menyangkut ilmu eksak.

Nita dengan samadi dan konsentrasinya akhirnya mengatakan juga, bahwa kesulitan dan kerumitan itu adalah persoalan sekitar kantornya. Dan benarlah, tak perlu berlama-lama "menunggu" apa itu soal kerumitan dan kesulitan, di kantor Tuan Levi terjadi perubahan. Bossnya yang dulu pindah, dan kini digantikan boss baru yang wanita. Dan wanita ini dirasakan oleh Tuan Levi sangat tidak simpatik dan tidak menyukai dirinya. Sering main perintah, main komando, dan tidak ramah.

Pertengkaran sudah mulai terjadi sedikit demi sedikit. Suasana kantor sudah tidak seperti dulu lagi. Apalagi letak meja Tuan Levi walaupun tidak berdekatan dengan sang majikan, tetapi berhadapan langsung. Seolah-olah dapat dengan mudah buat mengontrol pegawainya ini. Sebenarnya perbedaan boss dulu yang pria itu dengan boss baru yang wanita ini, tidaklah begitu besar. Masih dalam kategori normal. Tetapi karena Tuan Levi sejak dulu punya sikap yang merendahkan terhadap wanita, dan selalu saja bersikap meninggi, selalu high-provile, dan menganggap dirinya sendiri yang paling benar, paling hebat, paling pintar dan banyak paling lainnya, ini tidak kena pada seorang boss. Seorang boss memang selalu dan tugasnya buat memerintah dan mengomando, dan mengawasi. Masih tetap normal apa yang dilakukan boss baru yang wanita ini. Persoalannya bagi Tuan Levi, mengapa harus ber-boss dengan seorang cewek! Mengapa? Apa tidak ada pria yang lain buat menjadi boss?

Perbedaan pendapat, perselisihan kecil selalu dibawa Tuan Levi ke rumahnya. Dan kini Nyonya Fonda terpaksa harus menampung dan menerima segala keluhan suaminya dari kantor. Keadaan ini sangat mempengaruhi kehidupan yang aman dan damai dalam keluarga baru pengantin ini. Sudah mulai terasa bagi Nyonya Fonda, keadaan rumahtangga tidak lagi tenteram seperti sebelum perubahan susunan administrasi baru dengan boss baru suaminya ini.

Fonda merasa harus menilpun Nita, ingin menanyakan yang sangat menguatirkan perasaan keluarga pengantin baru ini. "Nit, benar Nit apa yang jij katakan dulu. Sudah ada kesulitan dan kerumitan di kantor Mas Levi. Saya ingin jij terusterang, apakah mungkin pada akhirnya Mas Levi bisa terusir dan dipecat dari pekerjaannya?", kata Nyonya Fonda pada suatu hari. Dan Nita sesudah mengamatinya dan memantaunya mengatakan

"Menurut apa yang saya rasakan dan tergambar, tidak sampai begitu jauh. Tetapi persoalan yang sekarang ini akan selalu ada kalau tidak ada perubahan pada diri masing-masing, terutama Mas Levi-mu. Itu yang penting", kata Nita.

Dan rupanya percakapan Fonda dengan Nita ini, menjadikan Tuan Levi tidak tenteram. Kontan Tuan Levi minta agar Nita datang ke rumahnya. Rumah Tuan Levi dan rumah Bregas-Nita tidak berjauhan, masih dalam satu kota kecil saja yang jauhnya 30-an kilometer dari Amsterdam. Dan Nita selalu akan datang kepada seseorang yang benar-benar gamang dan gelisah dan perlu bantuan dan pertolongan.

"Jadi apa yang kau maksud harus adanya perubahan diri masing-masing itu? Apa yang mesti aku buat, apa dong yang mesti aku perbaiki? Aku mau tahu!", kata Tuan Levi dengan nada tidak sabaran dan agak cenderung marah. Nita anak saya yang saya sangat kenal itu, selalu bersikap kalau orang marah dan sedang berapi-api, dia akan selalu membawakan angin segar, atau air sejuk, hawa dingin-dingin sejuk dan hembusan ketenteraman.

"Sebenarnya kau sendiri tahu dan paham apa yang seharusnya kau ubah dan perbaiki. Saya ingin mengatakannya karena kau minta, tetapi saya ragu, apakah kau sanggup menerima apa yang mau kukatakan?! Dan lagi lebih dari itu kalian kan sudah kami anggap keluarga sendiri, lalu bisa saja terjadi rasa ketidakcocokan apa yang terasa bagi orang lain dengan yang kita rasakan sendiri, ya kan Mas Vi? Terkadang apa yang kita katakan kepada orang lain, kita rasakan biasa saja, tetapi bagi yang menerimanya bukan main sakit hatinya, ya kan Mas Vi? Coba sampeyan pikir dan pertimbangkan benar nggak sih?",-

"Okey-lah, itu belum menyentuh soal. Saya ingin yang kongkrit, saya adalah orang materialis, bukan idealis, bukan abstrak, nyata, terlihat, terasa, teraba, inilah saya", kata Tuan Levi, juga tetap belum kelihatan kesabarannya, dan tetap tak bisa menahan diri.

"Bukankah Mas Vi juga tahu bukan, bahwa terlalu banyak orang menga nggap sampeyan adalah orang yang sombong, angkuh, congkak. Kalau ngomong mau menang sendiri, merasa dirinya paling hebat, pintar, kaya raya, gagah, berwibawa. Dan penyakit yang paling gawat adalah suka meremehkan orang lain, suka menghina dan mengejek orang lain. Suka merendahkan orang lain, dan menganggap dirinya selalu benar dan selalu berjaya. Padahal apakah semua itu betul adanya? Betul begitu? Kan belum tentu kan? Di Dunia ini selalu ada yang bisa melebihi, bisa menandingi, dan ternyata diri kita itu sesungguhnya sangat terbatas. Dan Mas Vi, terasa nggak bahwa sampeyan itu sangat suka merendahkan wanita, suka menganggap wanita itu berderajat jauh lebih rendah dari laki-laki? Terasa nggak sih?", kata Nita dengan suara tetap berusaha menahan diri. Dan sambil lalu melihat dan memperhatikan Nyonya Fonda.

Dan Nyonya Fonda terlihat mengalirkan air dari matanya dan turun ke bawah, ke kedua belah pipinya. Nita tahu sebabnya, tapi tak dikatakannya. Bukankah persoalan ini adalah rahasia rumahtangga pribadi yang sangat rumit?

Dan Tuan Levi terdiam lama memikirkan apa itu perubahan, kerumitan, dan kesulitan. Terpikir juga olehnya, semua itu bukan karangan dan asal bunyi saja dari mulut Nita, tetapi dia masih malu buat mengakuinya. Kini yang menjadi kepalanya sendiri di kantor adalah seorang wanita! Ini betul-betul tamparan bagi Tuan Levi yang selalu mendongakkan kepalanya bila melihat wanita, sangat merendahkan. Mungkin hal ini juga yang menjadikan dari pelupuk mata Nyonya Fonda itu, keluar butir mutiara putih bersih itu.

Apa yang dikatakan Nita itu sebenarnya juga terasa pada diri Tuan Levi, tetapi wahai, betapa sulit mengakuinya, betapa sulit mengubahnya. Tetapi memang ada dan terasa secara pelan-pelan, dia berusaha tidak akan gotot mempertahankan apa yang selama ini dikatakan orang-orang banyak tentang dirinya.

Dan lagi-lagi hampir pertengkaran terjadi. "Okey, okey, saya akan usaha. Buat semua ini saya akan bayar jij seberapa jij mau dan tetapkan atas semua nasehat selama ini", kata Tuan Levi. "Saya harap apa yang kau ucapkan harus kau cabut! Tak pernah saya bekerja buat menolong dan membantu orang lalu mengharapkan, apalagi menetapkan buat minta bayaran. Apalagi kalian sudah saya anggap keluarga sendiri. Saya bukan bekerja buat semua itu. Inilah satu tanda terakhir lagi, bahwa kau bukan main sombong dan angkuhnya dalam soal materiel. Belum lagi kering bibir-mulutku mengatakannya, kau sudah menyatakannya sendiri tentang siapa kau", kata Nita.

Ketika itulah Nyonya Fonda menangis terisak-isak, dan air mata itu berjatuhan bukan lagi mengalir, tetapi sudah berurai berjatuhan.

Tapi segera Nita menahan diri lagi, berusaha menguasai dirinya lagi. Terasa baginya, bagaimanapun dia adalah manusia biasa. Berkali-kali disebutnya nama Tuhan, minta dilindungi, minta pengampunan. Dan dia terasa menyesal telah menyebutkan apa adanya tentang pasien, pelanggan si kepala-batu yang satu ini. Dan kami, bagaimanapun, tidak boleh memusuhi keluarga Tuan Levi ini. Kami bagaimanapun tetap sedia dekat, sedia bersahabat, tetapi tak boleh terikat dan tidak boleh mengandung rasa ketidakbebasan sedikitpun,-

Paris 31 Juli 2000

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.