Bab 128 :
Parade Nasional dan Pikiran Yang Melayang,-

Banyak orang bertanya dalam hati, bagaimana sekiranya nanti pada hari Jumat tanggal 14 Juli itu turun hujan? Bagaimana, dan apakah parade-nya tetap jadi, walaupun hari hujan? Kenapa ada pertanyaan begini, padahal secara bulannya adalah musimpanas? Karena musimnya sudah tidak keruan, sudah tidak berpegang lagi pada kebiasaan sehari-hari. Menurut meteo, di Eropa Barat, seperti di Paris hawanya 15 C, di Brussel dan Amsterdam antara 14 dan 17 C, tetapi di Moskow pada waktu yang sama sudah 27 C! Ini mengherankan dan mengagetkan. Sangat jarang terjadi. Pertengahan Juli, tapi hawanya tetap saja dingin. Di dalam rumah, ada orang yang tetap saja masih mengenakan pakaian wol, dan agak tebal. Jadi tidak ini musimpanasnya?! Demikian orang pada bertanya kepada masing-masing dirinya. Biasanya dan kalau dulu-dulunya, bulan begini, pertengahan Juli sudah bukan main panasnya. Ini malah dinginnya tidak karuan. Dan hujan sudah tak berketentuan, kapan dia mau, maka datanglah dia dan turunlah dia. Kata orang, dunia sudah tua, dan Tuhan sudah tidak suka lagi kepada manusia, karena sudah terlalu banyak dosa.

Maunya manusia itu, bunuh-bunuhan saja, korupsi, menipu, menyiksa, dan semua maunya yang sifatnya mengumpulkan dosa. Khususnya kaum elite di Jakarta itu. Khususnya kaum politisi dan aktivis partai di Jakarta itu. Belum lagi di tempat lainnya dan bangsa-bangsa lainnya, khususnya dunia ketiga yang paling banyak soal-soal serta permasalahan.

Orang-orang di Perancis banyak sekali yang akan berkonsentrasi pada perayaan 14 Juli, hari kemerdekaan dan revolusi Perancis. Mengapa? Bukankah biasanya tiap tahun juga begitu? Katanya tahun ini akan lebih istimewa, karena tahunnya tahun 2000,- lebih istimewa, menandai milinium baru. Dan akupun turut-turut mau berkonsentrasi pada perayaan parade dan defile ini. Dan akupun turut berdoa agar jangan sampai hujan, agar parade nasional itu akan dapat terlaksana dengan baik. Dan betapa baiknya Tuhan kepada bangsa Perancis, hari itu terutama ketika berlangsung parade dan defile nasional, tidak setitikpun hujan jatuh. Tetapi setelah selesai dan rampung semua parade, lalu jatuhlah hujan yang cukup lebat, merata, lalu terbitlah matahari yang lebih kemilau dari sebelumnya.

Dan ketika menyaksikan parade itu, sangat sulit menggambarkannya, rasanya kata-kata dan kalimat tidak cukup tersedia buat menggambarkannya. Parade sekali ini jauh lebih baik dari parade tahun-tahun sebelumnya. Ini sih pamer semua kehebatan, semua keindahan, semua tehnik baris berbaris dengan semua disiplin militernya. Tentara darat, laut dan udara, serta kepolisian, dengan senjata lengkapnya, baris berbaris dengan tegap dan wajah yang segar dan bersemangat. Lalu angkatan dari berbagai kesatuan, sampai-sampai tentara yang pernah bertugas di Kosovo dan negara-negara lainnya sebagai tentara PBB, semua turut serta. Tentara pembangunan, tentara zeni dengan simbol alat pembangunan seperti kapak, skop dan lainnya, turut dengan gagah. Tentara wanita yang cantik tetapi gagah dan bersifat tentara, tetap tak kehilangan wajah kewanitaannya.

Lalu barisan helikopter, lalu pesawatterbang yang membentuk asap berupa bendera tri-warna, bendera Perancis, sangat gagah dan indah. Presiden Jacque Chirac dan Perdana Menteri Lionel Jospin dan pembesar negara yang lainnya, serta para tamu asing dengan mata yang bersinar gembira, menyaksikan dengan sangat puasnya. Pameran persenjataan secara konvensional, secara umum dan bisa diperlihatkan, hari itu dipamerkan. Tentu saja yang terhebat dan tercanggih selalu bukan buat dipertontonkan, tetapi yang dapat disaksikan secara umum saja, sudah akan beredecak kagum kita melihatnya. Parade sekali ini adalah yang terlengkap, terindah, terbagus, dan tampak solid dengan disiplin yang tinggi. Persenjataan yang hanya sekilas melintas, membikin orang penasaran melihatnya, senjata seperti apa sih itu, hebat amat! Dan lalu menerawanglah pikiran, kenapa sih kita kok tergantung amat sama Amerika, semua persenjataan kebanyakan dari Amerika. Begitu diembargonya, matikutulah kita! Dan dia bisa mempermainkan orang yang teragantung itu!

Lalu sedang asyik menyaksikan di depan televisi, terdengar deringan tilpun. "Sudah lihat kan kau yang sedang berlangsung ini?", kata suara Pak Han. "Ya, ya, hebat ya kan Pak?",- "Bukan hanya hebat, tapi juga mengagumkan. Begitu kalau bikin tentara! Dulu malah kami sudah usulkan, saya sama-sama Chairul Saleh, Pandu dan bahkan Amir Syarifuddin, bagaimana membentuk tentara dari TKR, BKR lalu jadi TNI itu. Yang pernah dikebiri jadi dwi-fungsi itu. Masih ingat kamu?". "Ya ingat-ingat begitu saja",- "Makanya baca buku saya itu, harus tahu sejarah bangsa dan tentaranya. Ini angkatan muda sekarang ini tahu apa sih!",- "Ya, tidak semua bisa teringat Pak, terlalu banyak hal lain yang seharusnya lebih diutamakan mengingatnya, bukan hanya isi cerita buku Bapak saja",- "Lha ya juga, tapi buku saya itu sejarah yang benar dan tepat, yang saya dan kami alami semua",- katanya.

Dan aku sebenarnya sangat malas, atau sedang malas bicara dengan Pak Han ini. "Kenapa tidak kulihat kamu di Wisma Indonesia baru-baru ini, ketika undangan Presiden Gus Dur itu?",- "Aduh ya Pak. Sial tuh bagi saya, dua kali Gus Dur di Paris, dua kali saya justru tidak di Paris. Pertama saya di Jakarta, yang kedua ini saya ada di Holland. Senang dong Pak ya, ketemu Gus Dur di Wisma itu. Apa saja ceritanya, dan oleh-oleh saran dan pesannya?",- "Ya, dia duduk di samping saya. Dia minta saya supaya pulang segera, banyak urusan negara, dan dia perlu bantuan. Saya kira betul itu, Gus Dur perlu kita bantu, tapi dia juga harus dengarkan kata-kata saya. Jangan hanya satu pihak saja, minta bantuan, tapi tidak mau mendengarkan nasehat kita, itu mah berat sebelah? Bukan begitu cara negarawan, dan politikus ulung",- Dan aku sudah mulai agak seperti biasa, dongkol padanya karena selalu saja berpusat pada dirinya sendiri, dan suka sekali memuji diri sendiri.

"Bapak sudah coba belum memberikan pendapat dan nasehat kepadanya?", kataku. "Justru karena dia tidak pernah mau mendengarkan dan memperhatikan nasehat saya, maka dia begitu itu. Kalau tidak, tentulah Indonesia ini tidak akan begitu terpuruk seperti sekarang ini. Lihat itu dollar, sudah pernah menembus angka 10.000. Ekonomi berantakan, politik ngawur, pembunuhan merajalela, korupsi bertambah meluas dan menggila. Apa semua itu? Karena tidak mau mendengarkan pendapat orang, tidak mau memperdulikan pendapat saya", katanya lagi. Dan aku sudah mulai malas meladeninya. Padahal Pak Han ini sedang sakit. Tetapi kalau dia bicara soal politik dan soal-soal kenegaraan, kebangsaan dan kerakyatan, maka semangatnya menjadi meninggi, lalu lupa bahwa dia sedang sakit. Ini adalah segi baiknya dia, semangatnya itu terus punya api, dan selalu ingin turut serta pada semua urusan penting negara.

Tetapi jadinya beginilah. Soal pikiran menyaksikan parade nasional itu, yang begitu bagus, hebat, rapi dan disiplin yang tinggi, terorganisasi secara solid, menjadi sedikit menerawang karena "ngelamun" tentang negara kita, negara yang kini menjadi begini ini,- sedang terpuruk begitu dalam dan jauh, sedang bunuh-bunuhan, adudomba, dan korupsi yang takkan berkesudahan dalam waktu yang lama! Yang banyak diurus bukannya masalah pembunuhan dulu itu yang jumlahnya dari dua sampai tiga juta dan terus bertambah sampai kini, malah mengurus maling uang, penggelapan dan korupsi. Padahal dari dulu juga tidak ada yang bisa kena bui. Usut terus usut tapi jadinya malah bertambah kusut!

Paris 14 Juli 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.