Bab 103 :
Misteri Payung dan Tongkat,- Bagian Dua,-

Belum habis heran, dan belum mengerti mengapa titipan dan hadiah payung dan tongkat dengan disertai sebuah amplop. Dan aku belum lagi membuka amplop itu, masih terpikat oleh payung dan tongkat. Masih mencari sela-sela hubungan dua benda yang sulit ada hubungan dan ketidakmengertian. Sedangkan pikiran lain masih menerawang ke belakang, tahun 1982, ketika kami masih tinggal di Lure, kota kecil di mana kami "dikonsentrasikan" buat belajar bahasa Perancis. Sesudah 6 bulan atau paling lama 10 bulan, sudah mengerti bahasa, sudah punya dasar buat berhubungan dan bekerja, mencari pekerjaan, lalu dilepas. Dan harus dilepas buat berdikari dan harus mencari kehidupan sendiri.

Ketika sedang dalam kehidupan foyer ( asrama ) itulah cukup banyak penemuan, pengalaman, karena persintuhan, pergaulan, pengenalan dengan banyak bangsa dan banyak persoalan. Termasuk dengan Antoine ini. Lama sekali aku menganalisa dan menyidik, kenapa Antoine ini begitu baik kepada kami sekeluarga, dengan dua anakku. Bukannya tak ada pikiranku, apakah kebaikan ini karena ada maunya? Karena ada udang di balik batunya? Kuselidiki, kusidik dengan teliti, tetapi memang tak ada atau tak kutemukan semua unsur yang kiranya agak mencurigakan. Padahal kami sudah pernah diajaknya menginap di rumahnya di Mulhouse. Hidup beberapa hari dengan seluruh keluarganya.

Dia punya anak tiga orang. Yang paling besar sudah berumur sebelas tahun, lalu delapan tahun, dan tiga tahun. Isterinya peranakan Kamboja-Vietnam. Sebagai ibu rumahtangga, sangat baik, sangat memperhatikan keluarga, pendidikan anak-anak, dan ramahtamah. Selama di rumahnya, kami bagaikan di rumah sendiri, bebas dan merasa leluasa. Isterinya selalu berbaik hati, dan memperhatikan kesenangan dan kesukaan para tamunya. Bermain dengan anak-anaknya. Ketika itu musimpanas. Antoine sekeluarga dapat tender proyek buat membuka kantin dan katering di kompleks Kolam Renang. Kolam renang ini amat besarnya. Dalam sehari suntuk dari pagi sampai malam jam 21.00, kolam renang ini dikunjungi paling sedikit 4000 orang, secara bergantian. Dan mereka makan-minum, nongkrong, ngopi, segala macam urusan perut, berkutat dan berpusat di sekitar kantin Antoine. Betapa sibuknya mereka meladeni tamu yang selalu kehausan dan kelaparan itu.

Dan aku melihat sendiri dan juga turut membantu semua kesibukannya dalam meladeni dan melayani para tamu itu. Mereka memerlukan belasan tenaga-kerja buat keperluan selama musimpanas tiga-empat bulan itu. Sebagaimana peribahasa Tionghoa yang memisalkan pedagang emas-intan. Pedagang emas-intan, sering terasa bosan menunggu pembeli, karena tak datang-datang. Tetapi begitu ada pembeli yang memang sangat mencari emas-intan, selama setengah tahun bisa goyang-goyang kaki, cukup persediaan uang dan makanan. Begitulah Antoine, selama 3 sampai 4 bulan sibuk dan sangat capek bekerja meraup uang selama musimpanas. Sudah itu bisa jadi penganggur selama setengah tahun, karena uang sudah terkumpul selama itu.

Ketika sudah memasuki musimgugur, pernah Antoine mengajakku memasuki wilayah Suisse yang memang sangat dekat rumahnya. Tetapi kukatakan kepadanya, agar jangan masuk terlalu jauh, karena aku sangat kuatir dengan semua urusan papier dan dossier-ku. Sebab aku belum punya surat-surat resmi sebagai penghuni penduduk Perancis. Dan kalau tertangkap razzia kependudukan, alamat akan diusir atau ditangkap karena sebagai penduduk gelap. Dan polisi Suisse itu sangat keras. Tapi Antoine seolah tak perduli. "No, non, jangan takut, saya bisa bebaskan Anda, saya punya banyak relasi kepolisian", kata Antoine. Mungkin hal itu bisa betul. Tapi aku tetap saja kuatir. Sambil memasuki wilayah jauh masuk pedalaman Suisse, rasa kuatir dan tidak tenang tetap saja membalut perasaanku.

Suatu waktu Antoine mengatakan padaku bahwa dia mau bercerai dengan isterinya yang sekarang ini. "Apa alasannya", kataku. " Karena saya mau kawin saja sama Maria Lopez itu. Dia cinta saya dan saya sangat suka kepadanya. Kecuali kalau isteri saya setuju saya kawin dengan Fatima, okey-okey saja, tidak perlu saya ceraikan", katanya ringan saja. " Apa isterimu sudah tahu akan hal itu?". " Belum saya katakan dengan resmi, tapi sudah saya bayangkan kepadanya". "Lalu apa reaksinya?", kataku lagi. " Lalu dia marah-marah dan menangis sepanjang hari. Padahal baru saya bayangkan sedikit saja, baru tingkap-tirai pertamanya saja!", katanya lagi dengan ringan. " Tentu saja dia akan marah dan sedih, wajar dan normal", kataku. " Nah, sekarang apa pendapat Anda", katanya padaku. Dan aku menarik nafas panjang, panjang sekali. Aku tahu siapa itu Maria Lopez, gadis Spanyol yang jaga kiosk dekat kantin Antoine itu. Antoine pernah membawaku ke Maria, mau menunjukkan gadis taksirannya. Dan memang gadis Spanyol satu ini sangat seksi, dengan buahdadanya mempapaya, dan kalau ngomong selalu mendekatkan bibirnya yang selalu berkilat basah itu. Tetapi samasekali tak ada alasan yang masukakal buat Antoine menceraikan isterinya. Isterinya sangat baik, sangat bertanggungjawab kepada keluarga. Soal wajah, memang tidak cantik, tapi soal budi-luhur, mendapat acungan jempol. Kata orang baik-baik, isteri cantik hanyalah permainan mata, isteri budiman adalah tajuk mahkota, dan beginilah isteri Antoine yang bernama Nguyen itu.

"Antoine, kau mau tidak mendengarkan kata saya?", kataku dengan serius kepadanya. Karena antara aku dan kami sekeluarga sudah merasa dekat dengan keluarga ini. " Tidak ada alasan buat kau menceraikan isterimu. Dia tidak punya kesalahan apapun kepadamu dan seluruh keluargamu. Dia adalah perempuan setia, baik budi dan sangat bertanggungjawab kepada keluarga. Tapi karena kau sudah kebelet pada Maria yang memang bergaya selalu menggoda itu, lalu kau tergila-gila kepada Maria, hanya itu saja yang kulihat dalam beberapa hari ini. Ingat kau punya keluarga yang sangat utuh, bersatu, rukun dan baik. Tetapi kehancuran itu datangnya akan terjadi setelah kau melaksanakan ide gilamu itu", kataku dengan agak geram.

Agak sedikit kaget juga Antoine mendengar pendapatku. Dalam hatiku yang agak benci tentang masalah cerai-kawin yang diutarakan Antoine, timbul dosaku dengan mengumpatnya. Antoine ini walaupun mulutnya menyong, berwajah tak sedap dilihat, tapi sabetannya terhadap cewek minta ampun! Lalu aku ingat pemeo di tanahairku, soal wajah adalah nomor sepuluh, yang selalu nomor satu yalah uangnya! Hartanya! Atau pangkatnya! Dan inilah Antoine, dan begitulah kukira kenapa Maria pandai sekali menggoda Antoine! Maria punya modal cantik dengan buahdada mempaya bahkan mungkin mengsemangka, dengan bibir mengkilat basah menggiurkan, dan selalu mendekatkan bibir kalau ngomong sama siapapun.

Dan aku menolak keras kalau sampai Antoine menceraikan isterinya. Bahkan sampai aku agak mengancam dan menakut-nakutinya. "Hati-hati lho Antoine, kita ini kan sama-sama berasal dari dunia Timur, Asia. Kamu tahu kan arti kualat?! Nanti kalau kau sudah ketimpa kualat, bukannya mulutmu itu tidak sembuh-sembuh, tapi yang dibawahmu itu, dalam celanamu itu bisa menjadi mengkerut dan bisa layu dan loyo", kataku. " Pernah terjadi di kampunghalamanku, dan persis seperti kamu itu, sama soalnya. Karena menceraikan isterinya mau kawin dengan yang muda juga", kataku. Sebenarnya kata-kataku ini, tak ada bahkan mungkin tak ada hubungannya, dan aku menyedari semua itu. Tapi aku tak tahu cara lain lagi begaimana mencegah maksud buruk temanku Antoine ini. Bukan main hebatnya si menyong ini, kataku dalam hati. Tapi diam-diam aku berdoa dan minta ampun kepada Tuhan, bahwa aku sudah mencerca teman baikku Antoine. Aku sudah membangun dosa baru, karena menghina Antoine walaupun hanya dalam hati, yang mungkin justru lebih berbahaya.

Kelihatannya dengan "ancaman" yang sebenarnya tak ada kait-mengaitnya itu, agak punya greget berdaya rem juga bagi Antoine. Dan aku agak tenang setelah maksud Antoine itu tidak menanjak lagi, dan bernada sudah minor. Untungnya keterusteranganku terhadap sikapku yang sebenarnya terhadap keluarga Antoine yang begitu serasi dan harmonis, tidak menjadikan Antoine marah dan berkecil hati. Dan aku tetap dengan serius dan dengan harapan permohanan kepada Tuhan agar penyakit Antoine dapat tersembuhkan. Tetapi juga permohan dan doa ini jadinya menjadi bermata dua. Memohon kesembuhan dan memohon agar Tuhan memperkenankan pelurusan dan penjernihan pikiran Antoine yang kebelet dan kebacut mau mengawini si Maria pepaya-semangka itu! Dan menyelamatkan seluruh keluarga Antoine yang sebenarnya begitu serasi dan harmonis,-

Paris 29 Mei 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.