Bab 102 :
Misteri Payung dan Tongkat,- Bagian Satu,-

Ketika aku sedang bertugas service disal dan bar, resto kami, giliran siang, ada dua orang muda yang berwajah Asia, datang mendekati bar. Dan seakan mau bertanyakan sesuatu. Aku siap melayaninya, sepertinya orang muda ini datang dari jauh.

"Tuan, kami datang dari perbatasan Perancis dan Suisse, dan membawa titipan dan pesan buat seseorang yang ada sangkutpautnya dengan Restaurant Indonesia ini. Kami ingin menemui seorang Tuan yang bernama Simon", katanya. Dan aku menunggu lagi apa yang akan dikatakan orang muda ini. "Oh ya, semoga saya dan kami bisa membantu Anda", kataku. "Titipan itu dari Tuan Antoine, dan untuk diserahkan kepada Tuan Simon. Apakah benar yang kami tujukan ini tidak salah alamat?", katanya lagi. "Benar", kataku. "Dan sayalah yang Anda maksudkan itu, saya Simon", kataku. Lalu dua orang muda itu menjabat tanganku dengan erat. Kami bersalaman dengan rasa masing-masing ingin tahu akan kelanjutan titipan dan pesannya itu.

Lalu orang itu membawa bungkusan dan menyerahkannya kepadaku. Agak berat juga, dan berbentuk memanjang dan bulat. Terasa sekilas, barang itu tidak hanya satu. "Dan juga bersama surat ini, dengan pesan Tuan Antoine, kalau Tuan sempat dan tidak keberatan, Tuan Antoine mengharapkan balasan suratnya dan titipannya ini", katanya lagi. "Apakah artinya saya harus segera membalas surat ini begitu saya terima titipan ini?", kataku mau tahu. "Tidak begitu benar. Kami akan ada beberapa hari di Paris ini. Besok kami datang lagi membawa surat balasan dari titipan Tuan Antoine. Dan kami akan kembali lusa ke dekat Basel, Bale, Suisse. Dan kami akan mampir di Mulhouse membawakan surat dan apa saja kalau Tuan ada titipan buat Tuan Antoine", katanya lagi.

"Nah, kalau begitu baik sekali, saya punya waktu untuk membalas suratnya di rumah, dan besok saya bawakan balasan surat atau titipan lainnya sekiranya ada", kataku pula. Lalu kami agak ngobrol ke sana ke mari. Ternyata dua orang muda itu adalah teman asal senegara Tuan Antoine, sama-sama orang Kamboja. Dan aku agak tidak sabaran, mau segera membuka isi titipan dan surat Antoine itu.

Masih di resto, dan masih dalam keadaan bertugas, begitu ketika tamu sudah susut dan reda, sudah banyak yang pulang, aku segera membuka bungkusan titipan itu. Agak heran dan setengah kaget juga aku, sebuah payung dan sebuah tongkat, lalu amplop surat. Tuan Antoine, memang aku ingat benar. Dia adalah pasienku dalam pengobatan tusuk-jarum ketika aku tinggal di Lure, sebuah kota kecil di Perancis Timur, tidak jauh dari perbatasan Suisse. Tuan Antoine ini punya penyakit menahun, mulutnya menyong, tidak simetris. Tak sedap dilihat. Kalau bicara terlihat agak sulit, karena tidak bebas menggerakkan mulutnya. Ini ada hubungan dengan syaraf mulut dekat bibir. Kata orang ada yang mengatakan karena masuk-angin, diterpa angin-jahat, atau karena tidur justru menghadang angin.

Dia sering datang ke Kota Lure untuk bertemu dengan banyak para refugie orang-orang Kamboja, Vietnam dan Thailand. Di sanalah kami bertemu mula-mula. Dan aku setiap hari praktek tusuk-jarum mengobati banyak penyakit kaum pengungsi yang kebanyakannya orang-orang Indo-China itu, bekas jajahan Perancis dulunya. Di antara pasienku itu, terdapat Antoine ini. Sebenarnya yang pokok aku mengobati orang-orang yang tinggal di foyer ( asrama ) kami, sama-sama kaum pengungsi dari Asia, Afrika dan Arab Timur-Tengah. Karena itu tidak usah bayar, kuanggap sama-sama tak punya sumber matapencaharian. Tetapi kenyataannya banyak juga orang-orang berobat dari kota-kota lain yang berdekatan dengan kota Lure. Mereka datang pada hari Sabtu dan Minggu. Dan dua hari yang sebenarnya hari libur itu, justru aku harus bekerja sesibuk-sibuknya melayani pasien yang banyaknya belasan setiap Sabtu Minggu. Dan di antaranya Tuan Antoine ini.

Tuan Antoine mau berobat tusuk-jarum padaku. Dia pernah mengatakan padaku, bahwa dia yakin dan percaya pada pengobatan tusuk-jarum, dan lebih-lebih percaya kepadaku secara pribadi. Kukatakan, sukurlah, dan ini menandakan akan ada sebuah dasar kerjasama yang baik, antara pasien dan dokter, yang berobat dan yang mengobati. Sebab kalau sudah ada terselip sedikit saja ketidakpercayaan atau keraguan, maka kerjasama itu mungkin akan mengalami tiada hasil apapun. Dan tampaknya dia gembira dengan keyakinannya itu dan dengan pendapatku.

Sejak itulah Tuan Antoine berobat tusuk-jarum setiap hari Sabtu dan Minggu selama jangka waktu bulanan. Sistim pengobatan kutambah dengan urut-massage sekitar bibir dan bawah-hidung. Setelah jangka waktu lebih satu bulan, menurut katanya sendiri, ada efek baiknya, sudah merasa agak ringan, atau kalau bicara tidak merasa kaku dan keras seperti sebelumnya. Ada rasa sudah elastis. Tetapi tentu saja belum sembuh benar. Dan juga sudah kukatakan, karena sakitnya itu sudah lama, menahun, maka mungkin agak lama baru bisa sembuh, bahkan boleh dikatakan sangat sulit untuk sembuh seperti sediakala. Tuan Antoine menyadari akan hal itu, tetapi dengan yakin dia berobat padaku. Karena dia sangat yakin, maka akupun benar-benar berusaha buat menyembuhkannya. Sering aku berdoa dengan secara khusus agar Antoine dan siapa saja yang sungguh-sungguh mengharapkan kesembuhan, kumohonkan kepada Tuhan agar mereka itu disembuhkan, dan "Tuhan", kataku selalu "tolonglah Tuhan, tolonglah sembuhkan si Anu itu, dan mereka itu. Mereka sangat mengharapkan kesembuhan, sedangkan aku takkan mampu menyembuhkannya. Hanya KAU-lah yang punya kuasa menyembuhkannya. Tolonglah sembuhkan mereka itu", kataku selalu memohon.

Dan aku yakin Tuhan memberikan pertolongan dan kesembuhannya buat mereka yang sangat mengharapkan pertolongan dan bantuan kesembuhannya itu. Dan siapa tahu, Tuan Antoine-pun termasuk "dalam pilihan Tuhan" itu. Dan dia tampak sangat senang akan hasil-hasil yang dicapai dalam pengobatan dalam kerjasama tiga jalur yang sangat baik, antara aku dan dia dan DIA.

Ini terjadi pada tahun 1982. Dari pergaulanku dengan Tuan Antoine, tahulah aku bahwa dia ini dulunya adalah bekas serdadu kolonial Perancis di Kamboja dan orang Kamboja. Lalu melarikan diri ke Perancis karena kekalahan kolonialis Perancis di seluruh tanah Indo-China. Dan Antoine dapat pekerjaan sebagai pelatih karate di kota Mulhouse, melatih kader tentara dan pekerjaan lainnya merangkap sebagai wiraswasta, pengusaha katering dan resto.

Sayangnya baru pengobatan setengah jalan, aku diminta banyak teman agar pindah ke Paris. Kami akan berusaha mendirikan sebuah restoran di Paris. Karena semua ini aku harus banyak meninggalkan pasienku yang masih sedang berobat jalan. Jauh hari sebelumnya satu dua bulan sebelum pindah ke Paris, aku sudah memberitahukan kepada temanku Antoine ini, bahwa kami akan pindah ke Paris dalam bulan-bulan mendatang ini. Dan sejak itulah frekuensi pengobatan dia tambah sendiri, tidak hanya datang pada Sabtu-Minggu saja, tetapi pada hari lainpun diusahakannya datang ke Lure yang jauhnya dari Mulhouse, rumahnya sendiri berjarak lebih dari 200 km. Sehingga pengobatan menjadi 3 atau 4 kali seminggu. Sudah tentu efek baiknya meningkat. Keadaan ini sangat menggembirakannya. Juga aku sangat gembira melihat kemajuan pengobatannya. Dalam hatiku selalu mengharapkan, betapa aku akan senang dan bahagianya seandainya Antoine ini bisa sembuh biarpun tak sampai 100 persen, tetapi lebih dari 70 persenpun sudah sangat baik.

Dan tampaknya, seandainya pengobatan ini bisa diteruskan, tanpa ada jedah karena jadwalku harus pindah ke Paris, maka kemungkinan besar hasil lebih dari 70 persen itu akan mendekati kenyataan. Kami berdua Antoine serta sekeluarganya sangat merasa gembira. Tetapi juga merasa akan mengalami kesedihan karena perpisahan ini. Yang satu di Paris, dan yang lainnya di Mulhouse dekat perbatasan Suisse. Namun rasa eratnya persahabatan, tidak hanya karena antara seorang pasien dan dokter, tetapi antara bangsa dan antara manusia-,.

Paris 27 Mei 2000,-

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.