Bab 5 :
Perkara LOTO

Kami orang-orang Resto, atau masarakat Resto, kebanyakan suka beli loto.
Ada yang hanya kadang-kadang saja, ada yang bagaikan punya jadwal,
merasa harus beli loto, harus setiap minggu mengeluarkan
uang buat beli loto. Kami tahu, sebenarnya beli loto ini sama dengan
berjudi, tetapi kami selalu mengelakkan dan berdalih bahwa beli loto itu tidak
sama dengan berjudi biasa. Ini hanya temporaire saja, dan lagi kata beberapa
teman pecandu loto, kita tokh tidak akan jatuh miskin karena beli loto, kan
modere saja, sedang-sedang sajalah. Jangan ngoyo kata orang Jawa! Beli saja tapi
sedang-sedang saja. Dulu, dulu sekali ayahku pernah mengatakan, kita harus
cari dan bikin lobang buat rezeki masuk. Kalau sang rezeki mau masuk,
tetapi tidak lobang, tidak ada jalan dan salurannya, dia tak jadi masuk.
Dan apa lobang serta jalan salurannya itu? Ya, loto itu tadilah. Dan ayahku
tak pernah dapat loto.

Menurutku, orang yang suka beli loto itu, sebagian besar adalah kaum tak
punya, kaum have not, bukan to have, kaum menengah ke bawah. Orang yang
yakin akan usahanya, yakin akan laba dan keuntungan dari hasil
pekerjaannya, dan serba-cukup, mana mau beli loto seperti kami ini!
Terang-terangan saja, dengan beli loto, siapa tahu sang rezeki nomplok di
depan kita! Cara resmi cari makan dan kehidupan, kami bekerja di Resto,
tapi itupun sangat minim, hanya sekedar bisa hidup sederhana saja. Kami mau
banyak uang atau cukup uang untuk keperluan secondaire atau tertiare,
misalnya beli mobil, beli rumah, atau keliling dunia berwisata. Tetapi kami
tahu betul, dengan kerja mati-matian belasan jam setiap hari di Resto,
tidak mungkin bisa melaksanakan "semua mimpi" itu. Nah, jalan satu-satunya
beli loto. Siapa tahu, satu waktu akan "ketiban rezeki nomplok".

Di Paris yang namanya perjudian berbentuk loto begini, sangat banyak,
dengan berbagai nama, seperti tacotac, yang pakai digoret lalu tertera
dapat berapa uangnya, atau kosong! Ada lagi namanya millionaire, lalu
rapido, setiap lima menit akan ketahuan kena atau tidaknya. Bahkan main
sepakbolapun ada judi lotonya, dengan nama foot-loto, dan juga ada yang
namanya KENO, belasan jenis dan macamnya. Publisite mereka, di Perancis
hampir setiap minggu ada orang yang jadi milioner dadakan karena menang
loto. Dan kami diam-diam mau juga jadi orang kaya, atau banyak uanglah! Di
antara kami memang pernah kena loto, dapat hadiah yang agak lumayan,
misalnya aku pernah dapat sejumlah 13000 francs pada tahun 1973. Sudah itu
tak pernah lagi sampai detik ini, kenapun hanya puluhan francs atau paling
banyak ratusan francs, yang hanya sekedar kembali modal. Diam-diam ada
teman-teman yang pernah kena sampai 25000 francs, dan itupun "ketahuan"
sesudah bertahun-tahun berlalu. Lebih dari itu tak pernah kami dengar. Di
antara kami ada teman "akhli loto". Mengapa kami namakan demikian? Karena
dia ini tahu semua jenis loto, dan pernah mencoba beli semua jenis loto
yang ada di kota Paris. Hal ini tidak semua teman yang tahu dan paham
selukbeluknya. Misalnya aku saja tak tahu dan tak pernah tahu dan ikut loto
balapan-kuda, yang hampir setiap hari ada. Tetapi teman kami yang satu itu,
loto apa saja pernah dicobanya.

Adakah unsur mistik dalam kami membeli loto itu? Dulu ada, tetapi lama
kelamaan menjadi pudar dan hilang begitu saja, karena kenyataannya sangat
berlainan dengan harapan dalam hati kami. Apa itu halnya? Mimpi! Kejadian
mimpi pada dirikita adalah sangat penting menurut kami ketika itu, juga
berbagai angka dan peristiwa dianggap sangat penting. Misalnya saja pernah
beberapa kali aku mimpi menangkap ikan, mancing dan menjala. Dan kami
berdua Cong pernah menangkap ikan-mas kuning besar dan banyak. Lalu
kuceritakan pada Cong temanku sama-sama gila loto itu, segara saja Cong
berreaksi,-
"Kita harus segera beli loto, jangan sampai terlambat, sekarang juga. Itu
artinya kita akan dapat hadiah nomor satu atau paling tidak kita akan dapat
ribuan francs", kata Cong.
"Tapi Cong", kataku
"Mimpi itu kan masih tetap berlaku selama 40 hari".
"Ya, tapi kalau terus ditunda, rezeki akan lari!", katanya. Dan kami segera
berangkat beli loto, kuatir kalau rezeki kami berdua akan hilang. Bukan
main sangat jarang orang mimpi ikan-mas, besar, kuning dan menggairahkan.
Dan aku percaya penuh akan mimpi itu, alamat nasib kami akan berubah, dari
tukang sapu kakus Resto selama belasan tahun akan meningkat menjadi kaum
menengah-atas!
Dan kami berdua penuh mimpi, melamun dalam hari-hari itu. Sampailah pada
hari penarikan undian. Dan kami berdua dari semula di jantung ini
dag-dig-dug keras sekali, lalu lambat-lambat tenang dan ada rasa
jengkel, tak satupun mengena! Tak satupun! Ternyata mimpi itu bohong
sangat. Sering terjadi mimpi yang tadinya kami anggap bahwa ini pertanda
rezeki akan mampir, tahu-tahu tak ada apa-apanya.

Aku ingin menuliskan tentang mimpi yang pernah kualami. Mimpi yang tadinya
samasekali tak ada dalam ingatan, tak pernah secuilpun ingat akan hal itu,
tahu-tahu muncul dalam mimpi. Satu malam aku pernah mimpi kawin, menikah
dengan puteri Anne, adiknya Pangeran Charles dari Inggeris itu. Gila! Tak
pernah aku ingat dia, wajahnyapun tak hapal seperti apa. Lalu satu malam
aku pernah mimpi berkencan dengan Monica Seles, sampai mencapai puncaknya.
Juga gila! Tak pernah aku ingat dan terkenang akan Monica Seles. Malah
kenapa tidak mimpi dengan Sabatini saja atau Hinggis saja! Betul-betul yang
namanya mimpi itu ya memang mimpi dan bohong. Seperti kukatakan, dulu
pernah aku percaya dan yakin, tetapi karena pengalaman selama ini, lalu
lama-lama jadi pudar dan tak terpedulikan lagi. Dulu ketika mau beli loto,
kuhubungkan dengan hari lahir, hari pernikahan, hari lahir anak, lalu cucu,
lalu hari lahir orangtua, dan berjenis angka yang kira-kira akan "keramat",
termasuk angka 17 (Agustus). Tak satupun mengena.

Ketika aku ke Jakarta, sebelum berangkat aku beli loto cukup banyak. Kubawa
ke mana-mana, termasuk ketika aku naik dan memanjat puncak Borobudur candi
yang termasuk keanehan di dunia itu. Dalam hatiku, masaksih satupun tak ada
yang kena, tidak mungkin! Dan ketika kutunjukkan kepada ponakanku
yang profesinya paranormal, Ita dengan minta maaf padaku, mengatakan, dan
sambil tertawa pula,
"Maaf Oom ya, menurut pantauan Ita sih, satupun nggak ada yang kena",
katanya. Dan aku betul-betul
tidak percaya akan kata-katanya.
"Coba nanti Oom lihat, kalau ada yang kena, tolong tilpun Ita. Ita mau tahu
juga, apa betul pemantauan Ita itu, walaupun Ita sebenarnya mengharapkan
agar Oom kena loto, tapi kan tampaknya harapan Oom itu sangat tipis bahkan
tak tampak", katanya enteng saja.
Dan sesampainya aku di Paris, segera kulihat dan kuperiksa angka tiras
loto. Dan benarlah, tak perlu aku menilpun Ita, dan dia benar, semoga saja
profesinya sebagai paranormal tetap mantap.

Seorang teman kami di rumahnya terkadang menutup pintu kamarnya, mungkin
dengan maksud agar anaknya atau isterinya jangan mengganggu dia sedang
istirahat. Tetapi pada suatu hari, isterinya mencium bau yang tidak sedap
dan aneh menurut isterinya. Bau apa itu, tak pernah tercium dulunya?!
Isterinya agak curiga. Lalu membuka pelan-pelan kamar-kerja suaminya.
Ternyata suaminya sedang khusuk dan sangat terkonsentrasi, agaknya sedang
berdoa. Dan disampingnya bau-bauan dari bakaran menyan. Dan disampingnya
lagi, foto orangtuanya yang sudah lama meninggal. Dan berdekatan dengannya,
foto mereka berdua ketika selesai upacara pernikahan dulu ketika di Medan
beberapa tahun yang lalu. Lalu segepuk loto, diayun-ayunkan ke atas asap
menyan itu, sambil komat-kamit entah apa yang diucapkannya. Dan isterinya
mengerti, tak mau mengganggu konsentrasi suaminya, bahkan diam-diam
mengharapkan agar suaminya dapat rezeki atas doa dan sudah membawa-bawa
foto sanak-keluarga dan para kerabatnya. Sayangnya, sama saja seperti aku,
membeli loto itu banyak keluar sedikit masuk.

Dan selama dari tahun 1982 sampai detik ini, untung ada catatanku, sudah
menghabiskan uang tak kurang dari 80.000 francs, tetapi dapatnya uang masuk
tak sampai 14.000 francs,- dan kenapa kita ini tak kapok-kapok,tak
jera-jeranya! Ada maksud dan perlawanan di hati, agar jangan lagilah kerja
gila begituan, percaya mimpi yang gituan. Mbok sudah waktunya berdasarkan
nalarlah, yang ilmiahlah, dunia sekarang ini adalah dunia-ilmu,
dunia-tehnologi. Semoga aku atau kami bisa mengikuti dunia-ilmu,
dunia-tehnologi, serba komputerisasi dan telekomunikasi begini,-

Paris 21 April 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.