Bab 19 :
Pendapat dari Luar

Setiap kami mengadakan peringatan atau perayaan ulangtahun resto pada
tanggal 14 Desember, kami selalu memperingatinya dan merayakannya bersama
banyak teman. Teman kami semua, termasuk mengundang
pelanggan-setia, client-fidele. Hari itu kami bebaskan, benar-benar
undangan, artinya tidak bayar. Biasanya kami adakan beberapa hari sesudah
tanggal tersebut atau sebelumnya. Kami sesuaikan dengan keadaan kongkrit
resto dan banyak teman kami. Adakalanya juga tepat pada tanggal 14
Desember.

Pada ulangtahun ke 10, - kami sudah membereskan hutang-hutang besar.
Hutang-hutang besar itu adalah yang kami bayarkan kepada badan-badan yang
meminjami kami uang dari puluhan ribu francs sampai ratusan ribu francs.
Boleh dikatakan setelah lebih 10 tahun resto jalan, pada pokoknya kami sudah
melunasi hutang. Termasuk kepada bank. Kami berusaha keras dan yang kami
dulukan yalah membayar kepada bank, daripada kepada badan lain. Tentu ini
ada maksudnya. Agar kami dapat kepercayaan dan pada waktu tertentu, bisa
lagi berhutang. Sudah tentu kami tetap saja masih punya hutang-kecil kepada
grosier barang-barang yang mendistribusi kebutuhan resto. Misalnya
minuman, atau daging-dagingan, atau sayuran. Dalam hukum perdagangan
sebenarnya kami baru tahu, adanya hutang tertentu itu, juga cukup penting
artinya! Tidak ada satu perusahaanpun yang samasekali tak punya hutang!
Selalu ada hutang, baik perusahaan kecil, apalagi perusahaan besar. Mengapa?
Itu artinya kepercayaan, orang masih mempercayainya, kepada si penghutang.
Hutang artinya credit, dalam bahasa Perancis artinya croire, croit, artinya
percaya, kepercayaan! Bayangkanlah, yang pengertian credit(kredit) itu adalah
kepercayaan!

Jadi ada baiknya punya hutang itu, artinya orang masih mempercayai dirikita.
Sudah tentu kalau sudah terlalu banyak, justru orang akan berbalik menjadi
tidak akan lagi mempercayainya, crois pas!

Selama resto kami berdiri, sudah dua kali kami tertimpa krisis dan sangat
kritis. Karena sangat kurang dana dan pernah defisit besar, sangat kurang
pemasukan keuangan, maka kami para pendiri resto dan anggota koperasi, dengan
rela berkorban untuk tidak menerima gaji dalam beberapa bulan. Tentu kami
melihat dan mempertimbangkan secara kongrit keadaan masing-masing teman.
Tidak boleh mengambil pukul-rata pada semua teman. Sedangkan kepada pekerja
dan pegawai yang bukan pendiri dan bukan anggota koperasi, kami bayarkan
sepenuhnya, utuh sesuai dengan haknya.

Ada patokan beberapa hal mengenai resto kami. Resto setiap hari harus
menerima pemasukan keuangan minimum 6000 francs. Satu bulan harus masuk
uang sekitar 180.000 francs. Kalau setiap hari kami hanya menerima 5000
francs, dan satu bulan hanya 150.000 francs, maka sudah pasti resto ini dalam
tiga bulan
pasti bangkrut! Sukurnya dan alhamdulillah, belum sampai terjadi begitu lama
krisisnya. Pelanggan makan-siang biasanya rata-rata mengeluarkan uang
antara 60 sampai dengan 90 francs. Kalau malam hari, makan-malam pada
umumnya antara 100 sampai dengan 140 francs.

Pelanggan makan-siang rata-rata belasan orang. Kurang dari 10 orang, kami
katakan jelek. Di atas 20 orang kami katakan bagus. Malam hari, makan-malam
rata-rata 30 orang. Kurang dari 20 orang, kami katakan jelek, di atas 40
orang kami katakan bagus. Tetapi kalau week-end, Jumat dan Sabtu malam lain
lagi ukurannya. Jumat dan Sabtu malam, bila kurang dari 40 orang kami
katakan jelek. Bila di atas 70 orang kami katakan bagus. Pernah sampai
lebih 100 orang, ini namanya excelent, hebat! Hampir setiap Sabtu malam kami
selalu menolak pelanggan karena tak ada tempat. Kini sejak tahun lalu
1998, selalu pada setiap Jumat kami adakan pertunjukan tari-bali. Dan pada
hari itu, karena ada pertunjukan maka harga makanan menjadi lain. Paling
murah seharga 99 francs dan yang termahal seharga 149 francs. Semua ini
harga rijsttafel, yang banyak jenisnya dan komplit. Walaupun harganya
dinaikkan, tokh pelanggan dengan senang hati membayarnya, dan memang karena
ada spectacle itu, pertunjukan tari-Bali.

Kami menyediakan buku-tamu, livre d'or. Kini sudah sebanyak 19 jilid yang
tebal-tebal. Pada pokoknya semua terisi bahkan sudah penuh, tak ada tempat
menulis lagi. Segala macam tulisan, segala macam bahasa ada. Ada bahasa Arab
dengan tulisan Arab, ada bahasa Tionghoa dengan tulisan Tionghoa. Bahkan ada
bahasa Jawa dengan tulisan Jawa yang aku sendiri tak mengerti sedikitpun.
Ada bahasa Hindi dengan tulisannya sekaligus. Sudah tentu yang terbanyak
adalah bahasa yang di Eropa, seperti bahasa
Perancis, Inggeris, Spanyol, Russia, Jerman, Italia dan Eropa Utara.

Isi tulisannya tentu saja banyak pujian. Juga ada tulisan yang nakal.
Misalnya pada kata pengantar dan sambutan Presiden Miterrand, ada yang
menulis tambahannya, katanya "Presiden Miterrand itu adalah Oomku, keluargaku
lho"! Ada tulisan mengenai makanan kami, "better than Amsterdam", katanya.
Tentu saja ucapan begini samasekali tidak menjadikan kami bangga dan lalu
puasdiri dan sombong. Sebab rasa dan selera makan itu juga banyak
tergantung pada perseorangan yang sangat relatif.

Ada beberapa tamu, pelanggan yang pernah menulis, lalu selama lebih 7 atau 8
tahun baru lagi kembali dan makan di resto kami. Nah, dia ini mau melihat
tulisannya dulu itu. Tentu saja sangat sulit mencarinya, sebab tidak tahu
ada di buku yang mana, dan tak ada petunjuk halamannya. Tetapi pelanggan ini
terus dengan tak kenal susah mencarinya, menelitinya sebanyak belasan
buku, dan dapat! Betapa gembiranya dia, dengan tertawa gembira ditunjukkannya
kepada temannya dan kepada kami semua. Yang begini ini tidak hanya dua-tiga
orang, tetapi banyak orang, dan sering. Mereka rupanya membuat
kenang-kenangannya sendiri. Dan ada pelanggan yang hanya mau tahu saja, apa
saja isi buku itu. Dan tahu-tahu mengenal orang yang menulis di suatu
buku, dan ternyata memang temannya sendiri. Maka mereka pada tertawa
senang-gembira.

Ada juga yang bernada menyindir. Pelanggan itu tahu bahwa kami mengadakan
usaha resto dengan bentuk koperasi bukan perorangan. Sedangkan koperasi
pada umumnya adalah "jalan sosialis, bukan kapitalis". Maka menulislah
pelanggan itu, "le socialisme est comme un rambutan, rouge en dehors, blanc à
l'intérieur", sosialisme kayak rambutan, di luarnya saja merah, di dalamnya
sih putih! Kami senyum-senyum ketika membaca sinisme ini. Semua pendapat
harus kami dengar dan terima dengan hati yang ikhlas dan rendah-hati.

Ada pelanggan dari Indonesia yang menulis, isinya menyatakan kita harus
seperti Ibu Tien, harus cinta Indonesia, cinta masakan Indonesia. Itupun
pendapat yang kami kira harus juga kami hargai, lepas dari siapa kata-kata
itu. Kami samasekali tidak boleh memperpolitikkan makanan. Biarlah mereka
yang berbuat begitu tapi jangan dirikita. Karena pihak mereka yang
menyerukan agar jangan makan di resto Indonesia, resto kami, karena kami ini
katanya orang-orang pelarian, mereka anggap orang buangan.

Tidak sedikit pelanggan atau orang-orang yang datang kepada kami hanya
bertanya banyak hal tentang Indonesia. Padahal sebenarnya tugas ini adalah
tugas KBRI-Ambassade. Dan sudah tentu kami jawab sebagaimana adanya dan
yang kami tahu. Selain itu kami anjurkan agar mendatangi perguruan-tinggi
atau universitas yang mengajarkan tentang Indonesia, di mana Ibu Farida
Sumargono dan Pak Labrousse mengajar. Di sana banyak akhli tentang
Indonesia. Atau bahkan kami anjurkan juga agar datang ke
KBRI-Ambassade, karena memang itu tugas pekerjaannya.

Paris 30 Maret 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.