Rakyat dilarang memasang pelita,
Kaisar boleh membakar rumah rakyat

Keluarga Cendana sudah membentuk apa yang dinamakan TKC,- Team Konsultan Cendana,diketuai Yohanes Yacob. Seruan pertama Tim ini menghimbau kepada instansi resmi, Menkeh dan Pangab, agar massa yang luas tidak terus-terusan menghujat dan mencerca mantan Presiden Suharto. Maksudnya tentu saja bagaimanalah agar kedua instansi resmi itu sedapat mungkin menahan atau mencegah agar massa yang luas jangan lagi menghujat dan mencerca Suharto. Menteri Muladi sudah menjawabnya,dan jawaban itu sangat rasional-,pemerintah tidak bisa melarang secara undang-undang adanya penghujatan,pencercaan dan kebencian,tetapi pemerintah bisa melindunginya sebagai warganegara biasa,sebagaimana orang-orang lainnya,melindunginya kalau ada yang mau berbuat secara kriminal.

Jauh sebelum itu Suharto sudah tampil di televisi TPI kepunyaan anaknya sendiri,Tutut. Di depan tivi dia menjelaskan bahwa dirinya tak punya sesenpen tabungan di bank luarnegeri,boleh periksa katanya. Sudah tentu adalah keterlaluan bodohnya kalaudi bank Swiss atau di mana saja ada nama Suharto, apalagi kalau dibumbui dengan kata Suharto, Presiden RI yang tinggal di Jalan Cendana,Jakarta Pusat. Siapapun tidak akan menemui nama itu. Hal semua orang tahu. Lalu tak lama kemudian keluarlah himbauan dari Tim TKC itu. Berdatangan reaksi dari mana-mana. Ada yang membenarkan himbauan itu setelah melihat tayangan tivi yang bertampang sangat memelas itu-,katanya. Tetapi kebanyakan orang tidak menyetujui himbauan itu.

Baru saja satu tahun reformasi berjalan, yang arah dan tujuan secara mantapnyapun belum ditegakkan sampai kini, belum ada keputusan mau apa, dengan cara bagaimana. Tetapi mantan Presiden ini sudah layu, lesu, memelas, padahal baru saja orang-orang pakai kata-kata,pakai mulut, pakai bahasa. Sedangkan dia berkuasa selama 32 tahun,pakai senjata,pakai penjara, pakai undang-undang, pakai tentara, buat menyiksa dan memenjara serta menculik bahkan membunuhi begitu banyak Rakyat-, lha kok kini dengan memelas dan minta dengan himbauan agar orang-orang jangan lagi menghujat dan mencercanya.

Sebenarnya dari segi banyaknya korban yang dibunuh dan dipenjara,apa yang diributkan dan diramaikan orang di dunia ini bahwa Polpot itu membuat The Killing Field, Padang Pembantaian yang bukan main dahsyatnya,maka bila dibandingkan dengan Suharto ini, Pol Pot masih jauh kalah! The Killing Field yang paling hebat, justru di Indonesia. Angka korban yang menurut Jenderal Sarwo Edhie sebanyak hampir tiga juta itu, sebenarnya sampai dia lengser tetap saja terus diadakan pembantaian itu. Sejak dia berkuasa lewat Supersemarnya itu sampai dia lengser, sampai terakhir Peristiwa Mahasiswa Trisakti, korban berjatuhan, apakah bukan karena dia? Sumitro bapaknya Prabowo bilang, Prabowo sebetulnya bukan hanya disuruh menculik tetapi lebih dari itu-, katanya. Lalu kata Amien Rais, dia tahu dari temannya yang tadinya sama-sama mau mendirikan Partai, tapi baru belakangan diketahuinya, bahwa kalau sekiranya jadi Rapat Akbar di Monas dulu itu, maka dampaknya akan lebih hebat dari Peristiwa Tien An Men Beijing.

Orang Nomor Satu RI akan menghabiskan Amien dan banyak peserta rapat itu. Apa semua ini?? Bukankah The Killing Field tahap-tahap selanjutnya? Sebab begitu banyak dia menciptakan The Killing Field-, dan kini betapa banyak lobang-lobang mayat secara massal di Aceh yang kata orang Nomor Satu ABRI mungkin saja itu mayat-mayat korban PKI 30 S dulu itu! Asal ngomong saja!

Kaisar yang satu ini cara membunuh dan memenjarakan serta menyiksa orang menggunakan cara khusus dan tersendiri. Dia memenjarakan orang dengan penjara yang tidak beratap dan tidak berdinding, luas se tanah-air Indonesia. Sebab dia memenjarakan dan menghukum orang tidak hanya dengan siksaan fisik saja, tapi juga secara batin dan kejiwaan. Dia tidak hanya menghukum dan memenjarakan orang per orang, tetapi dia memenjarakan dan menghukum orang secara generasi! Dengan sebutan "tak bersih lingkungan" "tak bersih diri" atau "keturunan PKI", semua kantor dan jawatan pemerintah menjadi tertutup. Orang-orang ini jadi mati matapencahariannya. Ia tidak bisa menemui keluarga, tidak bisa pulang dari luar negeri buat menjenguk keluarga dan kampung halaman, dan tidak bisa apa-apa lagi. Dan kini, sang kaisar minta dengan rasa memelas, janganlah lagi menghujat dan mencercanya. Dia yang selama berkuasa terus-terusan menyiksa, memenjara, membodohi Rakyat. Bahkan sampai dia sudah lengser pun kita semua masih saja merasakan dampak perbuatannya selama ini.

Krismon sekarang ini, apakah bisa lepas dari perbuatan dia selama berkuasa 32 tahun itu? Dan sampai kini kita gontok-gontokan antara kita,apakah bukannya karena perbuatan dia juga selama ini? Terlalu banyak dia meninggalkan PR yang berjibun dan begitu kompleksnya, begitu rumit, begitu mengerikan akibatnya. Semua ini adalah imbas dampak perbuatannya. Lha, kini kok minta dibelaskasihani, janganlah menghujat dan mencerca saya lagi, katanya.

Inilah yang kata peribahasa lama, Rakyat dilarang memasang pelita, Kaisar boleh membakar rumah Rakyat. Padahal peribahasa ini muncul di jaman baheula, zaman feodal dahulu kala. Tokh zaman modern, zaman antariksa, internet. Dan kini, tipikal orang semacam itu diwakili Sang Kaisar Cendana!

Paris, 23 September 1998

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.