Bab 8 :
Masih Tentang erbekape - RBKP

Dengan adanya erbekape ini di seluruh Tiongkok semangat rakyat sangat
bergelora, selalu menggebu-gebu, dan pikiran menjadi menyeluruh, ke seluruh
dunia. Dan sudah tentu ada bahaya kesombongan. Slo-gan dan motto sudah
mulai ada kata-kata bahwa Beijing - Tiongkok adalah pusat-revolusi-dunia.
Badan kita ada di Tien An-men, tetapi hati kita ada di seluruh-dunia. Kita
adalah mercu-suar revolusi dunia. Ada kata-kata itu tidak dilahirkan
melalui badan resmi negara, seperti badan-partai atau koran-partai, tetapi
ter-kadang melalui koran-daerah, atau badan-partai setempat. Namun semua ini
diketahui oleh pusat. Bisalah dimengerti bagaimana hebat dan dahsyatnya
pemujaan kepada Mao Tze-tung, ketua Mao. Mao diibaratkan sebagai
matahari-merah yang terbit di ufuk Timur, yang merah, merah dan sangat merah.
Sebutan merah dan bagaikan mentari-merah ini biasanya disebut dua-tiga kali
diteriakkan sekeras-kerasnya ketika menyerukan slogan-slogan Partai dan
Negara. Ada perasaan kalau kurang bersemangat menyerukan slogan itu akan
dicap kurang revolusioner, kekadaran ideologinya pantas diragukan! Perasaan
ini banyak menghinggapi banyak kepala dan pikiran. Sehingga ada kalanya
jor-joran siapa yang paling keras dan lantang mengucapkan Hidup Ketua
Mao, Hidup MLFMTT(Marxisme Leninisme Fikiran Mao Tze-tung).

Banyak akibat dan dampak negatifnya gerakan ini. Kekuatan memang
terkonsolidasi pada batas-batas
tertentu, tetapi perpecahan juga sangat menyeluruh. Ketika itu timbullah
kata-kata, apabila banyak pusat berarti tidak ada pusat, sebab pusat selalu
hanya ada satu. Ini disebabkan banyak sekali yang menuntut dan
memperjuangkan bahwa dirinya, kelompoknya, faksinya adalah pusat yang
sebenarnya yang harus di-turuti dan ditaati. Karena itu sudah sangat banyak
yang namanya BBR, -Barisan Berontak Revolusioner. Ini di kalangan orang
Tiongkok. Kebanyakan kerja dan perjuangannya hanya ganyang-mengganyang
antara BBR itu, sebab masing-masing merasa dirinya, kelompoknya yang paling
revolusioner, yang paling Marxis-Leninis sejati, yang paling cinta Mao dan
Fikiran Mao Tze-tung. Dampak begini lalu merasuk di kalangan
kami, orang-orang melayu yang sebenarnya hanya jadi penonton luaran saja
yang sebenarnya sangat tak tahu apa-apa! Tapi sangat merasakan tahu segala
tentang sesuatu, tahu sesuatu tentang segala.
Dan kami memproklamirkan diri dengan BBR yang sebenarnya turut-turutan saja
dengan BBR di luar, di dunia-luaran di kalangan orang Tiongkok sendiri.

Maka lahirlah BBR Musso, BBR Palu-Arit, BBR Padang-Lalang, BBR Angin Timur, BBR
Sungai Merah, BBR Danau Merah, dan entah berapa BBR lagi, yang semuanya merasa
dan mengaku dirinya paling revolusioner, paling Marxis-Leninis
sejati, mungkin merasakan dirinya paling komunis 100 persen dan 24 karat
murni, tingting! BBR ini adalah pencerminan kehidupan luar di kalangan orang
Tiongkok
yang sedang melaksanakan dan menjalankan RBKP itu.
Dan kami setiap hari kerjanya sebenarnya hanya mencari kesalahan pihak
lain. Ketika itu ada kata-kata di luaran, artinya di kalangan orang
Tiongkok, mencari dan menyimpan bahan-gelap. Nah, kamipun begitu, mencari
kesalahan dan kekeliruan orang lain yang menjadi seterunya, katakanlah BBR
lain. Kalau dapat carilah "kelemahan-musuh" kita itu, carilah sampai
dapat, baik dalam masalah ideologi, filsafat dalam kepartaian, maupun dalam
masalah moral sehari-hari. Misalnya saja bahwa dia dulu pernah korupsi, atau
mendekati dan menggoda si anu, isteri teman sendiri, atau dekat dengan kader
Central yang pikirannya revisionis, condong ke PKUS, Uni-Sovyet. Dan segala
macam "kelemahan dan ekor" teman lain. Perpecahan antara kami secara begini
memang sangat merugikan kesatuan-kehidupan yang sebenarnya sama-sama
bernasib "orang terdampar -pengungsi, terpukul, kalah" walaupun tidak pernah
akan menye_
rah!

Bagaimanakah dampak gerakan RBKP itu? CC PKT dan KRN - RRT sudah menyatakan
dengan resmi bahwa kerugian akibat adanya gerakan RBKP itu betapa banyaknya
kemunduran dan korban jiwa antara rakyat Tiongkok sendiri.Dan RBKP yang
dicetuskan Mao sendiri itu, pada pokoknya tidak berhasil, tidak sukses, bahkan
terlalu banyak setback-nya, mundur jauh. Ketika itu produksi sangat
mundur, jatuh, industri apalagi! Kesibukan rakyat hanyalah dalam
ganyang-mengganyang
saja, rapat setiap hari, bertengkar, maki-maki dan lalu berkelahi, lalu jatuh
korban.Ke Kantor, ke Badan-Resmi hanyalah datang buat rapat, buat
diskusi, berdebat yang tak berkesudahan. Aku pernah melihat dengan
matakepalaku sendiri dari ketinggian asrama kami lantai-empat, di seberang
jalan yang sangat jelas, ada dua rombongan pemuda. Mereka rupanya dari dua
BBR yang saling bertentangan.Lalu bertemu di sebuah jalanan, lalu
berdebat, bertengkar-panas. Lalu berkelahi.Rupanya memang sudah saling siap.
Beberapa pemuda menangkap dan memiting seseorang lawannya, lalu dipukuli
dengan pentung dan matanya dilempari dengan entah batu atau peluru-besi
yang bulat-bundar, dan terdengar suara---------bledos-----ternyata matanya
ke luar, muncrat. Pemuda itu terkulai dengan penuh darah, dan katanya mati.
Peristiwa ini hanya lewat di seberang asrama kami yang dibatasi dengan
sebuah-tali-air yang kami tidak mungkin ke luar, karena kami di asrama yang
punya peraturan sangat ketat.

Begitu banyak peristiwa yang berdampak negatif begitu. Hampir setiap hari
terdapat korban berjatuhan
akibat pertentangan antara BBR itu, yang merasa dirinya paling benar paling
revolusioner, paling Marxis-Leninis. RBKP yang berintikan mengganyang
empat-lama, di antaranya takhyul dan mistik , kepercayaan abstrak, sampai ke
desa-desa. Suatu waktu kebetulan listrik sudah masuk-desa. Sudah dijelaskan
bahwa setiap orang agar berhati-hati dengan aliran listrik, bisa berbahaya
dan mematikan. Seseorang yang sudah merasa dirinya "bersih dari anasir
takhyul dan mistik" sangat menentangnya dan tidak percaya kawat yang begitu
saja kok bisa mematikan. Orang ini lalu dengan gagah membongkari proyek
yang belum selesai-baik itu. Dan orang ini tersengat listrik dan
mati, mati-konyol. Ini semua karena dia merasa sangat tidak percaya kawat
sekecil itu saja ada "kekuatan dalamnya yang mistik dan takhayul". Boleh
percaya boleh tidak, tetapi aku mendengarnya cerita-cerita dari ekses RBKP
ini.

Ketika aku masih bekerja di Pustaka Bahasa Asing yang menerbitkan berbagai
majalah dalam bahasa asing yang banyaknya puluhan bahasa, aku menjadi
seorang pemolish. Dari kata polish, membersihkan, meneliti, menyemir bahasanya
agar bagus dan sesuai dengan arti aslinya. Dalam majalah itu terbaca sebuah
kisah nyata ketika Ketua Mao berenang di Sungai Yang Tze. Ketua Mao memang
sangat suka berenang, dan pandai berenang. Tetapi pandai bukan berarti
juara, bukan berarti kampiun yang hebat. Dari bacaan kisah tersebut tertulis
bahwa hari itu Ketua Mao berenang sejauh 15 km dengan waktu antara satu
sampai dua jam. Membaca cerita ini aku tertawa dan geleng kepala. Tidak
mungkin terjadi, omong kosong kataku dalam hati.Karena aku juga sebenarnya
"setan air" ketika di Jakarta dulu. Kolam-renang Manggarai dan Cikini serta
Mangga-Besar di kota, dalam setiap minggu aku tukar-tukar tempat saja antara
satu kolam ke kolam lainnya. Dan lagi aku ini anak-pantai, anak-laut, mana
mungkin berenang sejauh 15 km hanya satu dua jam, dan lagi Ketua Mao ketika
itu sudah berusia 60 ta-
hun lebih bahkan hampir 70 tahun. Lalu kuajukan kepada Pimpinan Redaksi
majalah itu, kader Tiongkok.
Sekaligus kuajukan juga keberatanku dengan cerita sampingannya, bahwa ada
seorang nelayan di sebuah perahu, begitu asiknya dan kagumnya melihat Ketua
Mao, lalu terjatuh ke sungai itu. Dan ketika diwawancarai oleh
wartawan, bagaimana perasaan nelayan tersebut melihat dan sempat begitu
beruntung menyaksikan Ketua Mao berenang, nelayan itu menjawab, "peristiwa
itulah yang sangat membahagiakan-nya dalam seluruh kehidupannya, dan ketika
dia terjatuh-tercebur ke sungai dari perahunya, dia terminum air, dan sangat
terasa air itu sangat manisnya, karena air itu membawa badan dan jiwa Ketua
Mao di sungai Yang Tse", begitu kilah wartawan dalam menggambarkan kekaguman
rakyat - nelayan Tiongkok kepada Pemimpin Agungnya, Jurumudi Agungnya. Dan
aku memberikan pendapat bahwa bagaimana bagian yang tak masuk-akal begitu
dihilangkan saja atau sedikit diubah agar bisa masuk-akal. Pemimpin Redaksi
malah berkeras justru cerita beginilah yang dibutuhkan dan diperlukan
masarakat kini. Dan aku sudah tentu tidak ngotot, karena memang tugasku
hanya mem-polish bahasanya saja, sedangkan yang dipertahankannya adalah
masalah "ideologi dan strategi", ya sudah takkan ketemu.-


Paris 9 Maret 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.