Bab 7 :
RBKP = erbekape


RBKP adalah Revolusi Besar Kebudayaan Proletar. Yang mencetuskannya yalah
Mao Tze-tung sendiri, sebutan populernya di Tiongkok, Ketua Mao. Isi pokok
apa maksud diadakannya RBKP, agar bisa dengan lanjut dan mantap
meneruskan, membangun Tiongkok dengan prinsip MLFMTT, ketika itu. Apa
pula itu? Artinya prinsip Marxisme, Leninisme Fikiran Mao Tze Tung, disingkat
MLFMTT itu tadi. Juga agar Tiongkok tidak berubah warna, dengan tegas jangan
sampai berbelok ke arah revisionisme seperti PKUS dan Uni Sovyetnya, ketika
itu. PKUS adalah Partai Komunis Uni Sovyet yang sangat berseteru dan sangat
bertentangan secara ideologis dengan PKT dan Tiongkok. PKT adalah Partai
Komunis Tiongkok.
Hal lain isi pokok RBKP, kita tulis saja dengan erbekape, yalah membuang atau
membasmi adat-lama, kebia-saan lama, cara-cara lama dan yang sifatnya
menghalangi kemajuan. Ini maksudnya dalam menegakkan ke-
pemimpinan yang benar-benar MLFMTT itu tadi. Sebab ketika itu sudah
ditengarai ada unsur-unsur yang
mau membelokkan ideologi dan kepemimpinan di CC, Comite Central dan PB, Polit
Biro Partai.

Ketika itu di mana-mana bersuasana erbekape, dan kepemimpinan Ketua Mao
dengan adanya erbekape ini
menjadi sangat terkonsolidasi dan utuh-kuat. Tetapi di sana-sini sudah
tentu ada yang

rontok, terlemparkan, tersisihkan, karena dipecat, dicabut. Bahkan perselisihan
dan saling konfrontasi berhadapan sangat sering terjadi
bentrokan, berkelahi, huruhara danb jatuh korban banyak. Tidak ada sumber
yang sangat jelas dan benar-benar dapat dipertanggungjawabkan berapa
sebenarnya angka kematian, angka korban selama erbekape ini. Tetapi semua
sependapat angka korban selama erbekape ini dari puluhan-ribu sampai
ratusan ribu orang! Pertentangan antara garis-lama-usang, jalan
kapitalisme, dengan garis revolusioner Ketua Mao, sangat meruncing.
Perang-dalam-negeri secara kecil-kecilan tetapi merata ini, tidak diumukan
ke luar, karena masalah ini adalah "hukum perjuangan kelas" yang sangat
meruncing antara ideologi reaksioner dengan ideologi revoluisioner. Ini
berlaku kira-kira dari tahun 1966 sampai dengan meninggalnya Ketua Mao
bahkan jauh sesudah itu, tahun menjelang akhir tahun 1970-an, di mana
kepemimpinan Teng Sio-ping ditegakkan secara mantap. Sebelum Teng
Siao-ping, ada beberapa pimpinan lagi yang sebenarnya tidak kuat.

Akibat adanya erebekape ini sangat banyak hal-hal yang cukup merugikan
banyak kemajuan yang yang tadinya sudah mau mantap, tetapi kalau erbekape
tidak dilakukan, sangat dikuatirkan Tiongkok akan berubah warna seperti Uni
Sovyet, demikian sementara pendapat. Uni Sovyet dicap sebagai negara yang
mengkhianati prinsip ML, Marxisme-Leninisme, sudah revisionis, karena merevisi
ajaran ML sejati. Dan kami hidup antara masa begini cukup lama, lebih dari
sepuluh tahun. Bagaimana keadaan kami? Kami ini terdampar, orang menumpang
di negeri orang, semua diatur oleh tuan-rumah, pihak Tiongkok yang melindungi
dan menjamin kehidupan kami secara keseluruhan. Kami berada di tengah
gejolak dan arus besar erbekape. Tentu saja kami terikut, terbawa arus, dan
habis mau apa? Mau menentangnya? Mau melawan arus? Mau sok jagoan? Namun
demikian seperti adanya hukum-alam yang tak dapat dilawan, kami ini punya
otak, punya perasaan dan punya pikiran, dan punya pendapat. Tetapi tidak bisa
dikemukakan secara terang-terangan. Kalau dikemukakan, nanti tuan-rumah
marah dan tidak senang bahkan bisa memusuhi kami. Dan kalau ini
terjadi, sangat menyusahkan keduabelah pihak, tamu dan tuan-rumah. Tapi kami
mencatat dalam hati, bahwa ini tidak benar, ini sudah keterlaluan, ini
dogmatis, ini sangat pragmatis, ini sifatnya sudah pemujaan yang berlebihan.

Sangat banyak hal di luar pemikiran nalar yang obyektif, terlalu berlebihan
dan terlalu bersifat pemujaan
kepada perseorangan Ketua Mao saja. Sebetulnya kalau mau ngomong tentang
kultus-individu yang pe-
mujaan perseorangan, maka peristiwa erbekape Mao-lah yang paling tipikal
sebagai contoh. Di mana-mana gambar besar Ketua Mao, di mana-mana patung
besar Ketua Mao. Di rumah siapa saja dan di mana saja akan ditemukan
gambar, foto, lukisan Ketua Mao. Bahkan banyak di rumah petani yang pemujaan
altar kepercayaan ke-Confusius-annya, digantikna dengan foto Ketua Mao. Di
mana-mana dicetak dengan metal emblim, atau insinye Ketua Mao yang selalu
menghiasi dada setiap orang di Tiongkok, termasuk dada kami, para
pengungsi-politik ini. Kalau metal, besi-baja itu dilebur menjadi kapal atau
pabrik, barangkali sudah berapa kapal-induk yang bisa dibuat dan sudah
berapa pabrik yang sudah berdiri. Tapi ini demi penegakan atau
kultus-individu kepada Ketua Mao. Kami berani berkata demikian sudah tentu
dalam hati saja, atau antara kami saja, tidak boleh ketahuan oleh tuan-rumah!

Kami sekali-sekali juga diajak ke daerah-daerah yang terbelakang, tetapi
juga terkadang diajak ke daerah yang sedang membangun, dan ke daerah yang
sudah maju. Semua tergantung dari program tuan-rumah, apa keperluannya dan
apa sasaran pendidikannya. Suatu kali kami diajak ke daerah pertanian yang
sedang membangun, pindah memindahkan tanah, memikul tanah, membuat
tanggul, membuat lahan pertanian. Kedatangan kami dengan maksud bekerja-sama
dengan kaum tani itu, dan membantu peker-
jaan produksi suatu brigade produksi dari sebuah komune pertanian.
Sebenarnya kami tahu dan paham
benar, bahwa bekerja-sama dengan kaum tani ini hanya sekedar proforma saja.
Sebab baru satu-dua jam
bekerja, sudah diadakan istirahat, dan adanya ceramah atau pertunjukan dari
kaum tani setempat, dan terkadang tukar-menukar pertunjukan. Artinya dari
pihak kami juga harus menari atau menyanyi atau apa saja yang sifatnya
pertunjukan, panggung.

Sebelum kami kerja mencangkul, memikul, menyiangi rumput dari
tanaman-musiman, kepala brigade pro-
duksi akan ceramah atau menjelaskan dulu situasi brigade produksi, riwayat
singkat dan angka-angka kemajuan pertanian di sana. Lalu sesudah
itu-------nah, berlakulah hal aneh itu. Kepala Brigade Produksi
mengatakan bahwa sebelum kita kerja, baiklah kita minta petunjuk(rupanya
jauh sebelum Harmoko, sudah ada budaya minta petunjuk itu!) Ketua Mao
dulu, dan kita akan segera menghadap Ketua Mao, katanya.
Kami saling melihat antara kami saja. Ada yang heran, ada yang agak
sinis, ada yang benar-benar menunggu kedatangan Ketua Mao dari Beijing ke
Tiongkok Selatan ini, buat memperoleh wejangan dan petunjuk yang diharapkan
tadi. Lalu tuan-rumah desa itu mengajak kami ke luar ruangan, dan diminta
ber-baris dua-dua, dan kami menuju ke sebuah lapangan. Ada di antara kami
yang mengira Ketua Mao sudah menunggu di lapangan, karenanya kita harus
sangat tertib berbaris. Dan tak jauh terlihat tegak sebuah patung besar
Ketua Mao dengan gagahnya merentangkan tangannya ke kejauhan. Di hadapan
patung besar itulah, tuan-rumah minta petunjuk dan garis ideologi-kerja buat
hari ini.

Setiap orang Tiongkok, termasuk kami walaupun orang Indonesia, punya
buku-kecil-merah, namanya buku-ilu. Ilu artinya kutipan kata-kata, quotation
Ketua Mao. Buku ini menjadi petunjuk-kerja bahkan petunjuk-kehidupan bagi
orang Tiongkok ketika itu. Takkan ada orang Tiongkok yang tak punya
buku-ilu ini, takkan ada seorangpun orang Tiongkok yang tak punya
insinye, emblim dari metal yang bergambarkan Ketua Mao! Di hadapan patung
besar Ketua Mao itulah kami membuka buku-ilu pada halaman sekian, paragraf
sekian untuk sama-sama membaca kutitap kata-kata Ketua Mao itu. Antaranya
kami membaca bersama dengan keras dan setengah berteriak
lantang, "bersatu, giat, serius dan lincah". I-
ni kutipan kata-kata Ketua Mao sewaktu berpidato di Universitas Militer dan
Politik Anti Jepang. Lalu kutipan lainnya pada halaman sekian, terbaca dan
bersama-sama bersuara "kita harus rendah-hati dan berhati-hati, tidak
sombong dan tidak terburu nafsu, dan mengabdi rakyat Tiongkok dengan sepenuh
hati". Kutipan ini dari tulisan Ketua Mao, "Dua Nasib Tiongkok", - Lalu baca
lagi halaman sekian, "mengabdi sepenuh hati kepada rakyat dan sekejappun
tidak memisahkan diri dari massa;dalam segala hal bertolak dari kepentingan
rakyat dan bukan dari kepentingan diri-sendiri atau suatu golongan kecil";-
Sesudah itu barulah kami mulai bekerja-sama dengan petani'setempat. Sudah
tentu para petani itu sangat ramah, dan dengan rasa senang dan bangga mereka
sangat bersemangat bersama kami. Pada umumnya mereka sangat jarang melihat
orang asing. Karena itu tak heran terkadang kami jadi tontonan
mereka.

Sesudah bekerja yang hanya satu-dua jam itu, kami menonton pertunjukan dan
kamipun mempertunjukkan tarian dan nyanyian yang kami pelajari bersama di
asrama kami. Dan ketika makan-siang, kami makan bersama petani setempat. Dan
begitu mau pulang mengakhiri kunjungan, Kepala Barisan Produksi minta kami
bersama-sama buat menghadap dan melaporkan pekerjaan hari ini kepada Ketua
Mao! Dan mungkin sudah tahu semua di antara kami yang bego-bego dulu itu
yang menyangka Ketua Mao sudah menunggu di lapangan, kini tidak lagi sebego
dulu. Dan benarlah kami berbaris dua-dua dengan tertib menuju lapangan, di
hadapan patung Ketua Mao yang besar-gagah itu. Kepala Brigade Produksi
minta kami membuka buku-ilu halaman sekian, pragraf sekian buat dibaca
bersama. Dan kami sudah kebiasaan bahkan ada yang sudah hapal tentang apa
dan persoalan apa dan pada bagian halaman berapa dari buku-merah-kecil itu.
Sudah itu upacara seremonial begini akan diakhiri dengan teriakan membahana
keras dan lantang : Hidup Ketua Mao! Hidup garis MLFMTT! Ganyang imperialis
dunia Amerika Serikat dan kakitangannya! Serentak dengan suara lantang
membahana itu, tangan kita harus diacungkan tinggi-tinggi ke langit, seperti
orang sedang demonstrasi meneriakkan slogan-slogan. Dan kami larut-turut
dengan semua peristiwa tersebut, walaupun dengan hati dan pikiran yang tidak
satu.-


Paris 8 April 1999

Daftar Isi


© Sobron Aidit. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.