Ketika berlayar di sebuah telaga, kakekku dengan lantang berteriak, "Aku
ingin membawamu ke samudra luas. Ke sebuah dunia yang tak pernah kau lihat sebelumnya,
bahkan dalam impianmu. Aku akan jadi Sinbad Pelaut untukmu. Aku tak ingin kau
hanya seorang Portir yang setiap hari hanya mendengar petualanganku." Kayuh
yang dipegangnya pun diangkat tinggi-tinggi, laksana pedang perkasa untuk membunuh
ular raksasa. Kakek pun mengajaku menjelajahi dunianya, di antara riak air dan
semak gulma. "Itulah Gunung Kera. Di dalamnya banyak makhluk paling kejam
yang membuatmu tak bisa melihat dunia. Ayo, kita ke sana. Akan kutunjukkan bahwa
aku bukan hanya pedagang kaya yang lolos dari maut dengan tidak sengaja. Akulah
Sinbad Pelaut yang perkasa," sambil tangannya menunjuk ke sebuah gundukan
tanah yang berdiri tegak di atas air. Perahu berguncang. Telaga bergelombang.
Air dan matahari menjadi satu: penuh warna-warni.
Saat melihat kartu pos bergambar telaga, aku ingat kakekku yang kini sedang
berlayar di antara riak nirwana.
mampang, 22 Juli 2000
© Koekoeh
Achdiat Soebiantoro. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.