*
Angin merah delima.
Langit di luar kata.
*
Aku makin takut memasuki kehidupan.
Seekor kupu-kupu terbang di halaman.
*
Apakah hakekat terdalam dari kepedihan?
Capung-capung terbang menjelang hujan.
*
Ketika hujan: air mengalir membasahi tanah.
Sehabis hujan: langit bersih, hati pun cerah.
*
Kusaksikan: awan-awan putih bergerak perlahan.
Kusaksikan: suka dan duka bergerak bergantian.
*
Tak ada lagi yang kuingin: itulah keinginan.
Langit biru makin membiru: inilah kepedihan.
*
Waktu terus mengalir, di luar kehendakku.
Angin berhembus semilir, membelai keningku.
*
Kini kusadari, aku bukanlah kata.
Mawar-mawar pun mekar tanpa suara.
*
Sayup kudengar suara angin.
Sayup kulihat: suara angin!
*
Aneh, masih juga ada duka menekan dadaku.
Sayup, kudengar isak selembar daun jambu.
*
Aku tersenyum: aku makin sakit dalam tersenyum.
Alangkah ranum buah mangga itu: alangkah ranum.
*
Makin lama pikiranku makin terasa sesak.
Seekor ular hitam melintasi semak-semak.
*
Betapa rumit melepas pikiran menjadi jernih.
Aku tertegun menatap setangkai anggrek putih.
*
Malam ini: kubayangkan bulan bersinar ungu.
Malam ini: aku makin ingin melupakan diriku.
*
Duduk memandang bulan: duduk dipandang bulan.
Duduk dipandang bulan: duduk memandang bulan.
*
Tunjukkan padaku duka paling nyeri?
Bulan, bulan, bulan: bersinar pagi!
*
Setetes embun menatap mata!
Yang terlihat hanya cahaya.
*
Kupejam mataku: pikiran terbuka.
Kubuka mataku: semesta terbuka.
*
Pergi, pergi, pergi sejauh-jauhnya.
Yang kutemui: tetap pintu yang sama.
*
Lebih dalam lagi dari cinta: tanpa kata.
Lebih perih lagi dari luka: hanya bahagia.
*
Siang itu, aku makin tak paham makna cinta.
Sepasang kupu-kupu berkejaran di sela bunga.
*
Di mana akan kutemui makna rindu tanpa ilusi?
Lihat, ada berjuta senyum pada kelopak bunga seruni!
*
Setangkai anggrek ungu: mekar di depan mataku.
Setangkai anggrek ungu: mekar di dalam hatiku.
*
Batang-batang padi bergoyang seperti menari.
Hatiku riang menapaki awan di langit tinggi.
*
Pernahkah kaulihat langit tanpa warna?
Pernahkah kaulihat langit dalam cinta?
*
Di langit biru, awan bergerak perlahan.
Di langit biru, mataku bergerak perlahan.
*
Biarkan kini keningku dibakar matahari.
Biarkan rasaku meresapi embun pagi.
*
Aku memandang: setetes embun di atas daun.
Aku dipandang: setetes embun di atas daun.
*
Jalan setapak berumput, di sini:
kutemukan maut, hidup, dan sunyi.
*
Kutulis puisi: kutulis pedih dan kedamaian.
Daun-daun sunyi terus tumbuh dan berguguran.
Bandar Lampung, 1989 - 2000
© Ahmad
Yulden Erwin. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.