Usia Muda tak hanya mengenal derita, diusia hari yang terus iringi
Kasih dari cinta tak tergapai dengan mudahnya,segala dambapun hilang terserap
wajah dari luar naluri
Bahasa mengantarkan kata ketempat mulanya, sehingga akhirnya bertebaran juga
segala nestapa
Layu diiringi melodi, terpejam juga dimalam dingin yang selalu membuka
Penyair muda itu adalah simphoni sedih, setiap kali dia mengingat cintanya
Yang selalu tersembunyi dalam benaknya, dan diapun selalu diingati dirinya sendiri
Bahwa cinta bukanlah cinta bila kau tak ingin memuliakannya
Dan kini pada saatnya seperti yang telah dinanti pecah pula kesunyian hati dari
cinta yang tersembunyi
Cinta itu pergi tapi hati tetap tegarkan diri, walau rasapun menggumpal bagai
onak di naluri yang telah termakan
Penyair muda adalah kesedihan hari, setiap kali langkahnya melihat dan hatinya
bersahutan lirih
Kalut seketika saja dia akan menikmati udara indah dipagi dan malam yang mulai
penuh ratapan kesunyian
Dan selalu ada terkurung dari berbagai kepedihan menatap semua sisi, menginjak
kemegahan dan riuh keceriaan
dari pesta sesuntuknya malam
Dan ditanah rerumputan siksa ini, untuk kesekian kalinya pesta kesedihan dimulai
akan keharuan dari kemiskinan,
oleh jiwa yang teraniaya oleh keserakahan
Penyair muda memang dengan mudahnya selalu bercerita segala cerca, hawa panas
yang menjelma, keriuhan
yang memejamkan mata
Dan bila mata beraroma nanari jiwa, tampak jelas segalanya kan terus merubah
dan mewabah
Segala amarahpun terasa tak terkendali oleh rasa sehingga yang nampak tampak
lepaskan diri dari yang ada
Penyair muda hanya bisa bebaskan kata, tak bisa bebaskan derita saudaranya
Juga rasai cintanya, ketika rasa manisnya bunga saat kecupan untuk pejamkan
mata
JKT 5 Agsts 1999
© Ayar Adsa
N.H.. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.