SENIN PAGI


Tak dapat kutemukan sisa parfum di telapak tanganmu. Memintal doa-doa busuk ke pusara. Tebing yang nganga, aus dalam labirin, sebuah masa silam yang redup. Seperti bahumu tegak, tempat pertama kali kecut lelaki singgah, menjadi arjuna yang selalu sepi

Tapi, senin pagi tadi, jendela kamar tak juga berkoar, memanjati cahaya matahari hingga basah

Mungkin, ada baiknya aku menghitung waktu yang tergelincir dari ketiakmu, napas sesak perempuan, lipatan badan yang kasmaran, dan tak dapat kutemukan sesuatu, bahkan ketika kusibak kitab-kitab puisi yang terus merakit sunyi demi sunyi


Kedaton, 13 Januari 2003

Daftar Isi


© Alexander Robert Nainggolan. All rights reserved.
Hak cipta dilindungi Undang-undang.